IBU - Cerpen IBW Widiasa Keniten
- By IBW Widiasa Keniten
- 22 Desember 2020
“Ibu, mendekatlah dalam hatiku akan kedendangkan sebuah lagu cinta untukmu. Ibu, tersenyumlah sepanjang waktu. Aku rindu padamu. Lihatlah aku be...
Hari ini Arjuna sibuk sebagai juru foto acara pernikahan teman karibnya, Arimbi. Te...
Pukul dua belas malam saat semua anak masih di dalam pelukan ibunya, Fian sudah dibangunkan ayahnya. Ia harus bangun lebih awal kar...
“Itu lihat! Di dasar telaga. Wajah Rani ada di sana. Cepat tuliskan! Sambut dia dalam larik-larik puisimu.” “ Kok, di dasar telag...
Gatot duduk di pasir Pantai Amed yang halus. Matanya menatap deburan ombak yang mengalun pelan, menimbulkan irama yang mestinya men...
Sebuah spanduk terpajang dengan gagahnya di kotaku. Talinya dibentangkan. Di samping kanan-kirinya diisi gambar bunga jepun. Ucapannya itu yang menggu...
Korona berbisik halus, “Sebaiknya kau kembali ke rumah cintamu. Lihatlah keluargamu! Sinar cintanya semakin redup. Tiap malam...
“Maaf Pak Ketut, hari ini saya batal buka kios karena istri saya masih sakit. Bila Pak Ketut berkenan dibawa saja jam tangannya ke tukang arloji...
Lelaki itu masih saja bengong. Raut wajahnya terlihat masam. Betapa tidak, peliharaan kesayangannya tiba-tiba saja ditemukan tak bernyawa. Ya, e...
Kegaduhan akibat merebaknya virus Korona makin menjadi-jadi. Ada lebih dari seratus orang yang sudah terjangkiti. Dan aku harus pergi meninggalkan kot...
Malam kian pekat, tetapi ia masih setia duduk menghadap di meja itu. Meja itu yang menemaninya bertahun-tahun menyemai kesadaran anak-anak didiknya. D...
Oleh IDK Raka Kusuma Hari Raya Galungan, bagi orang-orang seagama denganku, pasti dirayakan sebagai hari kemenangan. Hari mana dirayakan dengan waj...
Kekuatannya untuk menunggu membuat ia dikagumi semua teman-temannya. Ia sangat setia memendam rasa yang selama ini dirasakannya. Jatuh hati. Peremp...
Teguk demi teguk mengaliri kerongkongan lelaki itu. Sebatang rokoknya menemani kesendiriannya. Ia isap dalam-dalam. Ia hembuskan perlahan-lahan. Beban...
Setiap kutanyakan kenapa ramalan Jayabaya dan Sabdapalon amat disegani? Orang-orang yang kudatangi dan kutanyai tidak ada yang memberikan jawaban yang...
Melewati pintu toko tua, aku berhadapan dengannya. Tangan keriput, sekeriput kelopak mata. Bola mata abu-abu, katarak menyelimuti sebagian. Seperti du...
Tetanggaku menggerutu,”Kenapa aku melihat topeng-topeng berkeliaran. Kulihat terkadang berwajah manis, terkadang melotot, terkadang ngoceh seper...
Deretan bunga gelombang cinta tertata rapi di depan beranda rumah Pramono. Daun-daunnya bergoyang lemah gemulai tertiup angin sore. Hijau daunnya meny...
Pagi ini Darman dikejutkan banyaknya tikus-tikus yang berkeliaran di ruang kerjanya. Ruang arsip tempatnya bekerja itu ...
Deburan ombak Kusamba memecah keheningan hari itu. Para pecinta laut mendayungkan jukungnya menuju rumah ikan. Tangannya terus mendayung mencari pengh...