Keturunan Ratu Ular
- By W Tanjung Files
- 19 Desember 2023
Masih pagi, suara orang-orang yang bergunjing itu sudah seperti sarang lebah yang siap dipanen. Aku bekerja di sebuah bank, kerjaku sebagai admin di balik layar, bukan di bagian front office. Tentu tak akan aku sebutkan secara detail, untuk menjaga kerahasiaan tempatku bekerja. Aku nyaman kerja di sini, tapi ada satu yang membuatku risih, di sini punya kultur bergunjing. Orang-orangnya suka baik di depan tapi menusuk dari belakang.
Ada lagi seorang wanita yang misterius, pendiam, dingin seperti ular sedang bertapa. Tak ada yang berani mengusiknya, jika ada urusan yang benar-benar penting, ia baru bersuara. Ah lupakan soal itu, masih terlalu pagi untuk menggerutu. Aku pasang headset di telinga, kunyalakan musik keras-keras, sambil melanjutkan pekerjaan yang belum kelar.
Sebenarnya di sini masih banyak orang orang baik, tapi karena ada satu dua orang yang menjadi sumber racunnya, kemudian menular ke yang lainnya. Dari cerita yang aku dengar dari orang-orang yang asli sini, konon dulunya kota ini pernah dikuasai ratu ular. Yang hingga kini anak turunnya masih hidup di sekitar kita, berwujud sebagai manusia.
Sebagai pendatang dari luar kota, aku tidak begitu mengenal asal mula kota ini, namun sejarah masa kelam kota ini tak akan terhapus waktu. Setiap kali kita keluar kota, dan menyebut nama kota ini, pasti orang akan berkomentar tiga huruf: PKI, singkatan dari Prameswari Kanjeng Indramanik. Nama itu adalah nama dari sang Ratu Ular yang dulunya sangat sakti dan menguasai kota ini.
Pernah suatu ketika, ada kejadian di kosku yang dulu. Waktu itu aku memilih kos-kosan yang aturannya tidak terlalu ketat, bisa pulang tengah malam, intinya aku cari kos yang bisa keluar masuk 24 jam. Tentunya yang terjaga keamanannya, yang banyak dipasang CCTV di setiap sudut bagiannya. Meskipun agak mahal, tak apalah, demi sebuah kenyamanan, kamar mandi dalam, dan tersedia AC. Setidaknya kos menjadi tempat yang nyaman untuk melepas lelah dari sepulang kerja.
Ada yang yang aneh di kos itu, di sebelah kamarku sering aku dengar suara orang melafalkan mantra di setiap malam Jumat Kliwon. Aku kurang begitu paham arti mantra itu, namun terdengar seperti bahasa jawa kuno. Aku teringat cerita kakekku tentang malam Jumat kliwon, itu waktu yang paling dikeramatkan masyarakat Jawa. Malam Jumat kliwon dianggap sebagai waktu yang keramat karena dipercaya sebagai hari pertemuan antara manusia dan makhluk halus. Biasanya ada yang melakukan berbagai ritual terkait komunikasi dengan makhluk halus, seperti memanggil arwah, melakukan semedi, atau berkunjung ke makam leluhur.
Keanehan yang kedua, aku pernah memergoki mereka. Ketika terdengar pintu kamar sebelahku itu terbuka, aku ikut membuka pintu. Tak sempat aku menengok ke dalam kamar itu, karena orang yang di dalam dengan cepat menutupnya. Kagetnya aku, ketika melihat ke bawah, ada dua ular yang besarnya seukuran paha manusia dewasa, entah berapa meter panjangnya. Ular itu merayap, menjauh dari kamar kos dan menuju ke arah parkiran. Aku mengikuti dari belakang. Ular itu merayap masuk ke kolong bawah mobil. Aku pun berjongkok untuk mengintipnya, tiba-tiba ada suara menyapa.
“Sedang cari apa mas?” sapa seorang lelaki yang datang dari belakang mobil.
“Emmmm, anu, tadi saya melihat ular masuk ke kolong mobil ini.” jawabku spontan setengah heran, karena ular itu lenyap begitu saja.
“Ah mungkin halusinasi saja mas, di kos ini ada larangan memelihara ular, dan di sini jauh dari persawahan, jadi tidak mungkin ada ular berkeliaran di sini”
“Benar juga ya, mungkin halusinasiku saja.” jawabku sambil menggaruk-garuk kepala.
Lelaki itu kemudian masuk ke dalam mobil. Lamat-lamat aku lihat, di dalam mobil itu sudah ada orang lain, seorang perempuan cantik berambut panjang. Pikirku, kapan wanita itu masuk dalam mobil, kok tiba-tiba sudah ada di dalam. Mobil itu pun tancap gas, dan meninggalkan parkiran kos.
Keesokan harinya aku masih penasaran dengan kejadian tadi malam. Aku mendatangi pos security kosan. Dengan alasan ingin tau apakah tadi malam ada orang yang masuk kamarku, karena lupa aku kunci, dan ada barang yang hilang. Aku tidak membahas tentang ular, karena aku yakin kedua ular itu bukan ular biasa, ya aku yakin mereka berdua ular siluman. Begitu dibukakan layar CCTV, mengulang waktu waktu kejadian tadi malam, mendeteksi pergerakan di jam ke 01.13, nampak aku keluar dari kamar kos. Anehnya dua ular itu tidak tampak di layar CCTV. Kemudian ganti kamera, yang mengarah di tempat parkiran mobil. Terlihat aku sedang ngobrol sama lelaki itu.
Kesimpulan yang aku dapatkan dari kejadian ini, saat menjadi ular, mereka sebagai makhluk gaib, tak bisa terlihat dari kamera. Ketika sudah berwujud sebagai manusia, barulah bisa terekam kamera. Dari situ aku paham dan yakin, ular itu adalah ular siluman, dan ritual setiap jumat kliwon yang sering aku dengar itu mungkin ritual membaca mantra untuk memanggil sang ratu ular.
“Terima kasih pak satpam, tidak ada orang yang masuk ke kamar kosku, mungkin aku lupa menaruh, coba nanti saya cari di kantor.” ucapku pada pak satpam.
Aku tak membahas tentang kejadian bertemu ular siluman itu, karena aku tak mau berurusan dengan mereka. Konon menurut pengalaman beberapa orang, siapa yang mengetahui keberadaan mereka, akan terus diteror, dan ujungnya mati mengenaskan. Berpura-pura bodoh adalah cara paling aman ketika bersinggungan dengan siluman. Walau sebenarnya aku tau siapa mereka, tapi mereka tidak tahu kalau aku sudah tahu jati diri mereka.
Tak lama setelah kejadian itu, aku pindah kos. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, dan tidak ingin istirahatku terganggu dengan ritual aneh yang mereka lakukan. Kejadian itu menjadi bukti nyata bahwa mitos adanya ratu ular yang ada di kota ini, bukan isapan jempol belaka. Anak cucu sang ratu ular masih berkeliaran di sekitar kita. Untunglah ada satu sebab mereka tidak bisa meninggalkan kota ini, karena kota ini ditanami paku-paku bertuah oleh seorang Wali. Paku-paku itu ditanam secara gaib, mengitari kota ini, mulai dari lingkar utara sampai lingkar selatan.
Sudah jadi rahasia umum, kalau ada orang yang tidak suka bepergian keluar kota, ketika hari libur ia lebih suka di rumah saja, ia tidak sudah bepergian kemana-mana. Bisa dicurigai keturunan ratu ular. Karena begitu ia melewati garis paku yang ditanam sang Wali, kekuatannya melemah, bahkan hilang sama sekali. Ia akan tampak pucat, lemah tak bergairah hidup, merasakan tidak nyaman. Namun begitu ia sudah masuk lingkar dalam kota, ia kembali giras, terutama dalam hal menghasut, menjatuhkan rekan kerja dengan berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Wajah ramahnya itu hanya dari luar, tapi aslinya hatinya sangat dingin dan bengis.
Pikirku, jika ada anak cucunya terus berkembang biak di kota ini, tentu masih ada sang ratunya. Kita tau kalau ular bisa nglungsungi. Bisa kembali mengalami peremajaan kulit, sehingga jadi muda lagi. Dimanakah kini keberadaan sang ratu ular. Jika aku amati dari orang-orang yang ada di kantor ini, beberapa bisa aku identifikasi mana-mana yang masih punya hubungan darah dengan sang ratu ular. Ada satu orang yang aku curigai sebagai ratu ular, karena ia benar lihai dalam berkamuflase, sangat ramah dari luar tapi aslinya sangat bengis dan sadis.
Meskipun mereka sama-sama keturunan ular, tidak selalu kompak. Bahkan sering kali saling gigit, memperebutkan kekuasaan. Beberapa sering berkelompok di area bagian belakang dari kantor ini, apalagi kalau bukan bergunjing. Ciri paling ketara, mereka betah banget bergunjing. Andaikan tidak ada beban kerja, mulai waktu pagi masuk kerja sampai sore pulang kerja, mereka bakal betah bergunjing.
Jangan terpancing manisnya mulut mereka, dengan cara itu mereka bisa membuatmu nyaman dan menceritakan rahasia kehidupanmu. Setelah kartu As yang kamu miliki telah jatuh di tangan mereka, selesai sudah hidupmu. Jaga jarak adalah cara terbaik, tapi juga jangan terlihat menjauhi, bisa jadi masalah. Sebab banyak dari mereka menduduki posisi penting di berbagai instansi yang ada di kota ini. Untuk bisa bertahan di kota ular, kalian harus juga berkamuflase menjadi ular. Meskipun tidak suka bergunjing, sesekali ya ikutan bergunjing, tapi harus main cantik, jangan berikan kartu As.
Tidak ada pilihan, hanya itu cara terbaik untuk bertahan di kota ini. Beruntunglah di sini aku bertemu dengan seseorang yang sama sekali tidak suka bergunjing. Ia banyak diam, bicara seperlunya, kalau bukan urusan kerja ia tak bersuara. Wanita yang dulunya aku anggap misterius, pendiam, dingin seperti ular sedang bertapa, ternyata dia bukan manusia ular. Lama kami saling mengenal, dan kami saling jatuh cinta. Pernah aku tes untuk ajak jalan keluar kota, melewati garis paku lingkar kota. Ia tidak menolak, aku melihat ia nyaman nyaman saja, tak nampak pucat, bahkan dia sangat gembira diajak jalan-jalan keluar kota.
“Fix kamu bukanlah keturunan Ratu Ular, sudah lama aku mencintaimu, maukah kau menikah denganku?” tanyaku menatap wajahnya dengan penuh harap, ia memang tak begitu suka bicara, ia hanya menampakkan senyum dan meraihku dengan pelukan bahagia. (*)
Komentar