Tujuh Puisi Ella Juliana Puspita Sari
- By Ella Juliana Puspita Sari
- 17 September 2023
JIKA
Jika hangat membuatmu tenang.
Maka sedikit saja,
Rasakan dinginnya angin yang membuatmu bernafas.
Jika dalam terang kau rasa nyaman.
Maka anggaplah gelap,
Sebagai bayangan yang tak pernah kau tinggalkan.
Jika tidur membuatmu terlelap.
Maka bangunlah untuk mimpi-mimpi yang telah kau rangkai.
Jika dalam bahagia kau tertawa.
Maka teteskanlah air matamu.
Agar kau tersenyum untuk kesedihan yang pernah kau lalui.
September, 2017
TAK BERSAMA
Setiap saat kau rasa lelah.
Setiap saat kau rasa bosan.
Bimbang untuk memahami.
Resah yang tak mengerti.
Tak sanggup menahan tangis.
Ingin saya menghapusnya.
Air mata yang mengalir itu.
Di wajahmu...
Yang kurang mengerti sebuah arti.
Namun diakhir kau memilih.
Hal terbaik adalah teman sejati.
Bukan teman tapi menyakiti.
Suatu ketika kau akan rindukan.
Kita yang tak lagi berpegang tangan.
Tak lagi bersandar untuk merasa lelah.
Tak lagi bersama saat maut memisah.
September, 2017
LARUT DALAM HATI
Saya menerima apa yang Kau berikan.
Saya menahan sebuah keputusan.
Saya memaknai sebuah perasaan.
Namun ada juga yang harus ditinggalkan.
Melewatinya begitu saja tanpa ragu.
Tanpa paksaan yang harus terlepas.
Tak ada jerit, tawa atau tangis.
Yang harus kau dengar.
Semuanya tak bisa kau lihat.
Untuk kau kenang saya didalam hatimu.
Atas hadirmu saat itu.
Yang pernah kau kenal, adalah hati yang kosong.
Hati yang tak pernah memilih.
Hati itu menepis, terdiam, berharap.
Tapi dia jauh darimu.
Membalas sebuah takdir Allah.
Merubahnya untuk bahagia.
Tapi dia masih tenang.
Dalam larutnya kesendirian.
Dalam hatinya yang bertanya, adakah kehidupan yang indah.
Yang harus dia lihat tanpa kamu?
Oktober, 2016
PERMINTAAN
Saya terlelap dalam gelap.
Tenggelam dalam malam.
Terkurung dinginnya tangis air hujan.
Dalam paksaan saya bernafas.
Menuntut diriku sendiri
Untuk memisahkan duniaku darimu.
Kenangan itu sangat kejam.
Membuat pikiran-pikiran di kepalaku.
Di dalam akalku...
Atas diriku pernah memutar kembali waktu.
Sejak Tuhan mempertemukan kita.
Saya dan kamu.
Memberi perasaan yang tak sempurna.
Seperti hujan yang datang
Tapi tak akan kembali.
Perasaan ini pasrah, ikhlas namun begitu tulus.
Yang sebenarnya..
Sanggupkah kau menjaganya?
Saya adalah dunia...
Dunia yang takkan tahu kapan kau melihatnya.
Dunia yang memberi kenyataan.
Padamu juga hidupku.
Entah kapan kau akan menemuinya?.
Saya tak pernah trauma.
Akan hadirmu yang selalu ku ingat.
Dengan permintaanmu..
Yang tak pernah kubalas.
September, 2017
AWAL INDAH AWAL TERTAWA
Ada cinta yang tak kumiliki
Ada sayang yang tak ingin ku terima.
Tak hadir perhatian yang ingin kudapatkan.
Semuanya kembali saat aku mulai tersenyum.
Saat terlalu lama mengingatnya.
Aku tak melihat diriku sendiri.
Aku tahu hanya dengan perbedaan.
Namun aku sempat pura-pura.
Seolah semuanya terhenti di waktu yang sama.
Waktu yang menunjukkan melepas semuanya.
Tanpa harus menunggu alasan.
Tanpa harus mengungkapkan perasaan.
Jangan berharap apapun tentang hati.
Hati yang mulai terbuka akan tersakiti.
Semuanya akan terluka begitu cepat.
Dan sangat sulit untuk mengenggam apapun.
Jangan mengawalinya dengan kata yang indah.
Jangan memulai untuk membuatnya tertawa.
September 2016
MALAIKAT BAHAGIAKU
Aku merindukannya...
Yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi.
Yang dalam hatinya selalu menunjuk ke arahku saat akan berjalan.
Dia ingin duduk dan berlari bersamaku.
Berbagi perasaan dengan bayangan.
Yang tak bisa dia sentuh.
Dia hanya sebagai cahaya.
Yang menerangiku...
Yang membuat lengkap hidupku.
Tanpanya aku akan jatuh.
Karena aku tak punya apa-apa.
Untuk ku kenang.
Perubahan yang membuatku selalu mengingatnya...
Aku menyesal.
Tak bisa melihatnya terluka.
Karena saat terluka dia tak bersamaku.
Kadang hanya senyumanan yang kuingat.
Wajahnya..
Sedikit demi sedikit menghilang.
Dia tak rela...
Meninggalkan wajah seseorang yang kesepian tanpanya.
Namun, dia siap berjaga disampingku.
Dia melindungiku dengan sayapnya.
Sayapnya yang halus seperti hatinya.
Yang membuatku nyaman saat memeluknya.
Februari, 2017
JAWABAN TAKDIR
Kau menatapku saat aku dihadapan-Nya.
Kau memandangku saat aku berdo'a.
Sepasang matamu membuatku tertunduk.
Sinar dari dalamnya membiarkanku menjauhimu.
Rasanya tak ingin tinggal di dekatmu.
Meskipun jauh lebih menyakitkan bagiku.
Hari-hari yang tlah berlalu sepanjang waktu.
Untukku dan kamu...
Bukan hilang, tapi untuk dikenang oleh kita.
Kadang tangan ini menuliskan namamu.
Dalam mimpiku kau bersembunyi.
Tapi kau pernah menyempurnakan duniaku.
Jika benar jawaban takdir.
Tentangku dan kamu.
Kenangan akan membiarkan kita untuk bertanya.
Untuk selalu terluka dan tertawa.
Bila benar aku untukmu.
Aku milikmu...
Akan kulalui setiap masa bersamamu.
Dan waktuku adalah menunggumu saat kau datang.
Saat kau memintaku ke jalan Allah.
Saat kau mengenggam tanganku menuju tempat yang indah.
Yang suatu saat nanti menjadi tempat tinggalmu.
Rumahmu akan digantikan oleh surga yang indah.
Seandainya maaf itu tak pernah ada.
Tak pernah kuucap untukmu.
Mungkin kau pendam rasa sakit di dalam hatimu.
Lukamu semakin memar karena salahku.
Kau menerima sebuah maaf dariku.
Kau anggap itu hanya maaf palsu.
Yang kau terima dengan sengaja.
Dan berlanjut dengan ikhlas setulus hati.
Kebimbangan yang akan selalu terulang.
Yang kuucap berkali-kali bagimu.
Seakan tak pernah percaya lagi apa yang kuucap.
Kemudian kau lari setiap saat.
Kau menemukan surga lain yang lebih indah.
Kau titipkan perasaan kepadanya.
Kau panggil dia agar tak jatuh kepada orang lain.
Kau rangkul dia untuk tetap bersamamu.
Kau selalu terjaga untuknya.
Kau menyinarinya dengan kehangatan.
Kau mengusap air matanya saat dia menangis.
Untuknya kau ucapkan doa'a dalam tidurmu.
Kau selipkan namanya dalam langkahmu.
Kau berlari mengejarnya.
Saat dia sedikit jauh darimu.
Hatimu mulai merindukannya.
Ketika dia tak berada di sampingmu.
Kau temukan kembali dia dengan mengelus rambutnya.
Memeluknya dan tak ingin melepasnya lagi.
Aku tahu bukan karena ku tak mampu.
Bahagiamu kau berikan untukku.
Maka bahagiaku akan selalu untukmu.
Bagiku tujuan akan tetap sama.
Meskipun kita melewati jalan yang berbeda.
Suatu saat...
Mungkin tempat yang kita tuju akan tetap sama.
Akan tetap indah jika takdir menjawabnya.
Februari, 2014
Komentar