ASAL-USUL NAMA PULAU BALI

Pura Goa Gajah/Tut Sugi

Seperti kita ketahui, Pulau Bali merupakan salah satu tujuan wisata terbaik dan terindah di dunia. Sebelum merebaknya Pandemi Covid-19, ada jutaaan wisatawan berkunjung dalam setahun ke pulau yang memiliki daya tarik khas yang tidak ada duanya di dunia. Ada banyak tempat menarik yang dapat dikunjung di Pulau Bali, mulai dari tujuan wisata pantai, wisata desa dan ribuan pura yang menyuguhkan panorama manakjubkan. Belum lagi keramah-tamahan penduduknya, juga seni budayanya, yang membuat wisatawan pada rindu untuk kembali.

Tahukah Anda sejak kapan daratan yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata itu bernama Pulau Bali?

Ada satu sumber yang menyebutkan bahwa nama Bali berasal dari kata wali yang berarti banten atau sesaji dalam bahasa Bali. Hal itu dikaitkan dengan kedatangan orang suci dari Jawa yang bernama Resi Markandya. Ia datang ke Bali pada sekitar abad kedelapan bersama murid-muridnya yaitu Wong Aga untuk menyebarkan agama Hindu sekte Waisnawa, yaitu paham agama yang memuja Wisnu sebagai Tuhan.

Setelah selesai memendam pancadatu atau lima jenis logam di Besakih, ia dan murid-muridnya lalu bergerak ke arah barat dan membangun asrama di sekitar desa yang bernama Puwakan, karena di situ mereka mulai membuka hutan untuk lahan pertanian sekalian mengajarkan penduduk di sekitarnya mengenai cara bertani. Di situ ia lalu menyelenggarakan ritual keagamaan yang dilengkapi dengan upakara atau piranti upacara berupa banten atau wali. Sejak saat itulah konon pulau yang mereka datangi disebut Pulau Bali.

Pertanyaannya: disebut apakah Pulau Bali sebelum itu? Menurut versi Narendra Pandit Shastri yang menulis buku Sejarah Bali Dwipa, nama Bali kemungkinan sudah ada sejak awal tarikh Masehi. Pada masa itu Pulau Bali sudah dikunjungi banyak saudagar pelaut dari India dan Tiongkok. Mereka membeli rempah-rempah dan lain-lainnya yang dihasilkan di wilayah Nusantara untuk dijual di negeri mereka. Selain membeli, mereka juga menjual barang-barang berupa kain dan sebagainya yang dihasilkan di negeri mereka. Disebutkan bahwa perdagangan di antara mereka kerap kali berlangsung dengan cara barter.

Mereka menamai pulau-pulau yang disinggahi sesuai dengan keadaan atau penghasilan utama dari pulau itu. Sumatera yang menghasilkan emas, misalnya, mereka sebut sebagai Swarna Dwipa dan Jawa yang menghasilkan beras disebut Yawa Dwipa, demikian juga dengan pulau-pulau lainnya.

Begitulah, nama Bali Dwipa sesungguhnya bukan merupakan nama baru. Diperkirakan yang memberi nama itu adalah para saudagar pelaut dari India yang menamakan pulau-pulau di Nusantara berdasarkan keadaan pulau tersebut.

Ketika para saudagar pelaut itu melihat orang-orang daerah Bengawan Solo di Jawa bertubuh pendek, mereka lalu menyebutnya Bhatara Wamana, yaitu Awatara Wisnu sebagai brahmana kerdil. Sebaliknya begitu mereka menemui orang-orang Bali bertubuh tinggi besar di sekitar pegunungan Kintamani, mereka menyebutnya sebagai keturunan Maharaja Bali. Dari sinilah diperkirakan asal-usul nama Pulau Bali itu.

Kisah tentang Maharaja Bali dan Awatara Wamana sudah dikenal sejak 600 tahun SM. Itu adalah cerita kuno dari India yang ada kaitannya dengan evolusi manusia dan tertulis dalam buku Bhagawata Purana.

Senada dengan versi itu, I Ketut Wiana dalam bukunya berjudul Mengapa Bali Disebut Bali menyebutkan, sumber tertua yang mengunakan istilah Bali adalah Reg Veda. Dengan demikian nama Bali yang dipakai sekarang bukan merupakan bahasa Bali. Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti kekuatan yang mahaagung.


TAGS :

Ketut Sugiartha

Menulis esai, puisi, cerpen dan novel. Tulisan-tulisannya telah tersebar di berbagai media cetak dan daring. Telah menerbitkan sejumlah buku fiksi meliputi antologi puisi, kumpulan cerpen dan novel. Buku terbarunya: kumpulan cerpen Tentang Sepuluh Wanita, antologi puisi Mantra Sekuntum Mawar dan novel Wiku Dharma.

Komentar