Puisi-Puisi Imam Budiman
- By Imam Budiman
- 10 April 2023
Catatan Kesaksian dari Lebak
: Eduard Douwes Dekker (1856)
hikayat tanah jawara harum sentosa
di balik peluh pekerja tanam paksa.
"bekerjalah, bekerja kalian,
beri upeti terbaik untuk kami"
ada yang halus mengusik batinnya,
ketika kesewenangan itu dipersaksikan.
secarik surat, menyebrangi samudra
berlabuh di tangan tuan willem III
"30 juta manusia hindia ternista-tersiksa
menjadi budak atas nama tuan yang mulia!"
eduard meradang, mengapa kemanusiaan
justru digerus kelicikan manusia lain
yang satu kulit sebangsanya
Ciputat, 2022
Catatan Kesaksian dari Belgia
: Eduard Douwes Dekker (1859)
suatu musim dingin yang gigil,
pena, wadah tinta dan kertas-kertas
di sebuah losmen sewaan itu terasa hangat.
lakon pelik saijah dan adinda,
mewartakan keadaan dan waktu.
: betapa pedih penindasan, tuan!
ia merangkai ingatan, menyiasati amarah,
mempertemukan antar tokoh untuk berkisah.
Max Havelaar of De koffieveillingen
der Nederlandse Handelsmaatshappij
purna sudah sebuah pementasan,
bagi rakyat bumiputera pilat lidahnya.
Ciputat, 2022
Catatan Kesaksian Ingelheim am Rhein
: Eduard Douwes Dekker (1887)
ini tanah yang sungguh asing baginya. tanah asing
di mana tak seharusnya bagi seorang ambtenaar*
andal berkedudukan tinggi menghabiskan usia.
tanpa berkata apa pun, ia menyusuri sebuah
jalan kecil di mana sunyi dan tubuh telah
menyatu. ia seperti bimbang, namun tetap
berupaya mempertegas langkah untuk
sampai di peristirahatan akhirnya.
ini tanah yang sungguh asing baginya. tanpa kesenangan
meja judi. tanpa keramaian pedagang pasar. tanpa celah
bising suara mesin. tanpa keberadaan anak dan istri yang
dicintai. hanya ia dan seorang anak –yang bukan anaknya,
juga kenangan tentang mandailing, manado, dan lebak
yang masih lekat dalam kepala dan catatan Max Havelaar.
bangunan tua bersisian
lonceng gereja yang sumbang
seorang lelaki tua, renta tak berdaya
mendulang napas: pasrah dikunyah kematian
Ciputat, 2022
*belanda: pegawai negeri
Komentar