Lima Puisi Pulo Lasman Simanjuntak
- By Pulo Lasman Simanjuntak
- 06 Januari 2023
RANJANG MAUT
kusapa dari wajah kitab suci
tubuhmu terus membengkak
menjelma jadi sebuah bangunan
rumah sakit bertingkat-tingkat
lalu menatap langit senjahari
yang menelan habis
kuman-kuman diagnosis penyakit
menyebar kesepian berdahak
dari seorang perjaka tak punya sperma
pukul berapa jam bezuk, tanyamu
bau infus telah menyebar sampai
tanah kuburan yang basah
airmata memerah
amarah menular dusta
"kalau kematianku tiba, biarlah dibungkus kain kafan tua, sebab peti mati harganya terlalu mahal untuk dijual di bawah bumi tak berpenghuni," pesanmu
maka sebelum pulang ke rumah
telah kusodorkan ranjang maut ini
persis di bawah perutmu yang berlobang
disuntik menjadi sebuah terowongan berair
tembus sampai ke liang lahat
mengerikan memang !
inalilahi wa inalilahi rojiun
Jakarta, Rabu, 19 Oktober 2022
LELAKI TAK BERKELAMIN
lelaki tak berkelamin ini
rajin menyapa hujan sore hari
setiap mau menembus belantara kota
hari-hari mengerikan
paru-parunya terinfeksi bakteri takut matahari
bahkan jantungnya
hanya berdetak semakin gelap gulita
lelaki tak berkelamin ini
punya sepotong ginjal
yang telah membuat bengkak seisi rumah
tempat orang berdoa
mengumpulkan dosa
masa lalu paling menyakitkan
lelaki tak berkelamin ini
pingsan
menabur bunga mawar
di atas ranjang tak punya pengharapan
Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2022
LELAKI MATA TULI JATUH DI RANJANG SEPI
lelaki mata tuli jatuh di ranjang sepi
tubuhnya dari kertas emas
seperti hewan pemalas
takut menyapa matahari begitu keras
lelaki mata tuli tidur di ranjang sepi
bantalnya batu ditiup angin pagi
tak memikirkan harga-harga
pangan melambung tinggi
air minumnya dari bensin dengan bayaran hanya kuitansi
sekarang lelaki mata tuli
sedang merenung di kamar mandi
disetubuhi bau terasi dan bangkai tikus mati
rajin onani berulangkali
ia ingin memeluk negeri khatulistiwa ini
tanpa kelaparan lagi
Jakarta, Rabu 7 September 2022
KELAPARAN AKUT
-episode dua-
membangun mezbah batu pagi ini
kembali membuat otak kecilku
terluka parah
dirajam seorang lelaki
tanpa kelamin
matahari terlihat kian kurus
menusuk-nusuk paru-paru
ke dalam perut rumah persinggahan
selalu gelisah antara dua pilihan kelabu
mencuri sepiring beras merah
ataukah berteriak di pinggir jalan sambil memungut persembahan
hayo, ajakku sambil menggendong
sekarung derita di bahumu tulang belulang
kita mulai bangkit berdiri
di pinggiran kota pandemi ini
sebab masa kelaparan telah tiba
di depan pintu negerimu nusantara
kutagih terus utang renternir dua miliar rupiah
bersamaan dengan datangnya
kenaikan harga bahan bakar minyak
yang bakal tergilas
pecah seperti balon gas
Jakarta, Minggu 3 September 2022
SAJAK KRITIS
hari ini kembali sajakku menjahit sunyi
tanpa angin pagi
hanya suara aliran air kolam
ikan-ikan setengah lumpuh
membuat sajakku semakin kelaparan
mau kemana dibawa tubuhmu ke padang ilalang
tak ada mata uang
di sana kering kerontang
(sementara dari jarak dekat seorang lelaki tuli mondar-mandir
menyusup dalam sajakku
yang telah berkemas
untuk menjual nyawa
barang mati apa saja yang bisa dimakan dengan rakus)
Pamulang , Senin 5 September 2022
Komentar