Puisi-Puisi Karya Ahmad Zaini
- By Ahmad Zaini
- 18 Desember 2021
Bangkit Negeriku
Bangkit negeriku
Rakyat menunggu kehadiranmu seperti dahulu
Kokoh berdiri menyangga 200 juta jiwa
Dengan senyum
Cukup kulai kakimu sampai di sini
Dalam keterpurukan
Jangan biarkan air mata rakyat
Terkuras lantaran tubuhnya kering
Tanpa nutrisi
Jangan biarkan harapan rakyat
Tergulung mendung
Karena penghasilan menurun
Bangkitlah negeriku
Seperti dahulu
Negeri indah
Berselendang pelangi
Berselimut biru langit
Berkasur hijau bumi
Lamongan, 20 Mei 2021
Kang
Kang, kita pernah bertemu saat purnama
Engkau bertutur rapi
Tentang alur cerita yang hampir tak pernah putus
Perjalanan liar dan kegilaan
Menjadi kunci engkau jalani hidup
Kang, bisikmu kala itu
Memicu gairah mengukir aksara bermutu
Namun, sampai akhir perjalanan hidupmu
Aku belum mampu mempersembahkan kepadamu
Masih banyak luka dalam aksara
Yang tentu membuatmu kecewa
Kang, aku belum mampu mengukir kata
Indah di batu nisanmu
Aku hanya mampu merangkai karangan doa
Demi surga yang pernah kau tulis
Dalam karyamu
Lamongan, 19 September 2021
Berjalan di Lorong Takdir
Kita tak pernah tahu nasib hidup
Dalam kabut takdir
Kita hanya menjalaninya
Meski terkadang badai hidup datang menerjang
Ibarat dalam lorong gelap
Kita tidak tahu sekeliling
Kita hanya berjalan sebagai usaha mencapai ujungnya
Taman luas berbunga indah
Atau nganga jurang kesedihan
Yang kita jumpa
Hanya berharap rahmat Tuhan
Di akhir perjalanan nanti
Lamongan, 22 September 2021
Bermulut Api
Tak ada henti-hentinya lelaki itu menyemburkan api
Membakar orang-orang sekeliling
Mulutnya membara karena kecewa
Mulutnya berapi karena benci
Apa guna hidup bila hanya bara api yang dibawa
Banyak orang kepanasan
Apa guna hidup bila benci yang diugemi
Banyak orang tersakiti
Lelaki bermulut api
Tiada henti mengintimidasi
Lelaki bermulut api
Tiada henti mencaci
Lelaki bermulut api
Tiada henti iri hati
Lelaki bermulut api
Tiada henti menghasud
Hingga ia terbakar sendiri
Berhati-hatilah pada lelaki bermulut api
Jika ingin selamat dari jilatan hati yang benci
Wanar, 15 Desember 2021
Komentar