Lima Puisi Gimien Artekjursi
- By Gimien Artekjursi
- 07 November 2021
CATATAN KECIL BUAT SANG PUJANGGA
suaramu tersebar sampai di padang-padang stepa
di tengah ringkik dan derap kaki kuda
pacu! paculah!
ke manapun larinya
siapa tak tahu dirimu
suaramu tersebar di seluruh padang stepa
tak berpedang kau tebas rimbaraya
tak bersayap kau arungi angkasa
tak bersirip kau renangi samudra
duniamu tak berbatas cakrawala
lari! larilah!
kejar entah sampai ke mana
derapmu bagai kuda liar sumba
dengan jejak membenam sampai dasar kata
memekik, memecah sunyi semesta
2021
EPISODE CERITA SANG NABI
akhirnya
berlabuh juga bahtera nuh
di pantai
tanpa dermaga
cinta yang terombang-ambing
di tengah banjir bandang
dan kutukan itu
dibawanya juga melangkah
di pasir
tanpa mimpi
dan tatkala matanya tertumbuk pada puncak
di batas cakrawala
sayup-sayup
ia dengar suara anaknya
:aku mencintaimu ayah!
2021
TANAH MENANGIS
tanah menangis
saat tuhan akan mengubahnya menjadi manusia
karena tanah tahu
setelah itu ia akan menjadi pencipta dosa
WARISAN
ketika akan dicipta sebagai manusia
adam tak pernah membayangkan bagaimana hidup ini
jadi ia tak menolak saat tuhan meniupkan ruh dalam tubuhnya
dan tatkala pertama kali kakinya terasa perih
melepuh terbakar pasir gurun
segalanya telah terlambat
tinggal kita kini mewarisi derita itu sepanjang masa
sebagai balas budi pada tuhan
yang telah memberi kita mimpi-mimpi
IBLIS SI KAMBING HITAM
bahwa warisan satu-satunya dalam hidup ini adalah mimpi
tak seorangpun tahu
tidak juga adam
maka waktu adam terpedaya dan terusir dari sorga
semua kesalahan dibebankan pada iblis
lantaran ulah iblis adam telanjang dan tuhan murka
hingga kini iblis menerima saja segala sumpah dan serapah
yang kita lontarkan padanya
karena iblis juga tak pernah tahu tentang warisan kita
Komentar