Delapan Puisi Henie Poetoe

  • By Henie Poetoe
  • 05 Maret 2021
PKYI

DOSAKU


"Meskipun tetap saja aku bersisian bersusah
menelusuk sangkakala, menelusup melewati
sayup incense,  dan;
memuslihatkan segala lubuk dengan
teramat lambat bagi masam mulutku,
  masih saja tulah bersembunyi,
seperti isak dalam lemari..."

 

HILANG


"senja beranjak petang, menutup rapat semua jendela,
menutup rapat semua luka,  dan
berharap besuk bersua siang lebih lama; kun
kepedihan itu seperti debu di korden-korden katun yang kubenamkan dalam-dalam,
engkau telah menembus perasaan dan meracuni
udaraku bernafas..."

 

RINDU


"riak yang tumbuh di kedua pelupuk mata,
menyiratkan rasa dari hening,
dalam satu waktuku menunggu; terduduk
 memeluk resah,  bersama
gelisah bertumpah ruah.."

 ;aku ingin bersama di penghujan musim,
mendengarkan rintik2 air dan ranjang yang
berdesit pelan..'

selamat sore cinta!      
     


BERUBAH


Elegi di malam suatu hari
dari kemarau musim
kucampakkan engkau yang aku puja
karena rapuh tak berdaya meyakini
kau tetap bersahaja
    wahai engkau;
rindu yang kupadamkan!

 

PUISI BISU


Lalu berjalan ke arah pintu,  dan
angin menderu menerpa jendela kayu
 sudut dinding smakin beku
menunggu waktu menjadikannya abu..

 

ENGKAU


"Memandang lavender di dalam gumpalan
    hampa musim dingin; aku berkata..
 biarkan aku memejamkan kedua pupil
   untuk melihat ribuan mil jauh ke arah mata angin
     yang menghempasmu pergi..!"
   
 

MAYA


Aku hanya memandang, dan sesekali berkedip,
 tak lagi menerjemahkan diriku dalam kisahmu;
   yang pernah kubaca dan
    berulang-ulang kau sadur ke dalam pikiran,
seperti menafsirkan diriku sebagai batu,  yang
  tidak berkeberatan akan tenggelam sekali terjun..
siapa bilang aku tak berurusan dengan duniamu?
 karena aku mengambil segala yang kuyakini
   dari sebutir batu..

 

PERIH


"Dan terus menyusuri jalan yang kubayangkan
  engkau menungguku...
 tiba kusaksikan matahari terakhir berkilau
    kemerahan,
  kemudian kelabu karena air yang menguap kornea
    dan menampar sebelah pipi,
     aku mengusapnya;  dan butiran yang lain jatuh
                  di syalku.."


TAGS :

Henie Poetoe

Lahir di Kungkung tanggal 29 Januari. Menulis pusi sejak SMP di kota kelahirannya. Sajak-sajaknya dmuat di koran Bali Post. Sampai kini tetap menulis di tengah kesibukannya mengurus keluarga dan berwiraswasta.

Komentar