Sajak-sajak I Wayan Kerti

  • By I Wayan Kerti
  • 17 Januari 2021
PKYI

Ironi-1

 

Desember begitu membahana
Mengelana di dunia maya
tentang rasa, tentang kasih dan sayang
yang tiada alang kepalang
Oleh anak-anak yang berbudi
pada ibu-ibu di penjuru negeri

 
Desember jua menggulana
Menggulana jiwa pada dunia nyata
tentang berbagai aral dan mara bahaya
yang tiada lekang dan lempang
Oleh berbagai akal budi dan jampi-jampi
pada ibuku di penjuru negeri

Sungguh ironi …?!

 

Ironi-2


Hiruk pikuk tak terkendali

Pasar-pasar, mall, super market
Tetap bergeming di tengah pandemi
Tak peduli wabah yang melanda negeri
Ekonomi dijunjung tinggi

Hajatan, ritual tetap digelar
Bergeming di tengah pandemi
Tak peduli wabah melanda negeri
Atas nama tradisi tetap lestari

Kontestasi politik, pilkada
Jua bergeming di tengah pandemi
Abaikan dulu wabah yang melanda negeri
Pemimpin dijunjung tinggi

Lalu, gelisah dan kerinduan anakku
Pada tatapan mata guru
Pada cengkarama sahabat sebangku
Pupus …
atas nama peduli pada negeri
keselamatan dijunjung tinggi

Senyumnya terkulum sendiri
Sungguh ironi …?!

 

Menanti Janji


Begitu banyak kata-kata
yang kau tata di media
Aku terbuai, terinabobokan
oleh senandungmu yang mendayu

Berbulan-bulan aku menunggu
Kumulai ragu akan janji-janjimu
Sampai di penghujung waktu
Semu …
Realita hanyalah untaian kata
yang kau tata mengelabui mata
 
Perut ini mulai meyadarkanku
Bahwa aku tak memakan kata
Tapi sepiring nasi
Tanakan istri di setiap pagi

Mengapa engkau masih menutup mata
pada orkestra pertut si jelata?
Jangan biarkan dirinya mati sia-sia
di lumbung kata-kata

 

Doa untuk Mamuju

 
Ketika alam telah mengusik tidurmu
menyadarkan mimpimu
derai air mata yang terjaga
bersenandung lara kabarkan derita

mataku turut berkaca
merasakan derita dan duka-cita
padamu, saudaraku
di Mamuju

aku untai kata ini dalam doa
dikuatkan hatimu, diselamatkan ragamu
deritamu adalah deritaku
di penghujung waktu kita kan bertemu

 

Kutabur Bunga Ini


Kutabur bunga ini
di selokan kecil dekat rumahku
Teriring doa:
Semoga hujan di bulan Januari
yang menyusuri selokan itu
sampai di Pulau Seribu
mengantar doa dan bunga ini
pada korban Sri Wijaya Air SJ 182

Kuberharap, doa dan bunga ini
yang tulus dan suci
menjadi penawar luka hati
sanak-famili yang ditinggal pergi

Kuberharap: doa dan bunga hatiku
yang tulus dan suci
tak tercemari sampah-sampah kata
yang terkadang nyinyir
menambah duka


TAGS :

I Wayan Kerti

I Wayan Kerti, guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Abang mengekspersikan kondisi pandemi Covid-19 dalam bait rasa dan kata yang dirangkai menjadi baris-baris puisi-puisi masa pandemi.

Komentar