13 Haiku Pandemi Agus Buchori

  • By Agus Buchori
  • 28 Juli 2020
Pexels.com

1

Angin yang Dingin
Panas sinar mentari
menggigil nyawa


2

Gugurlah daun
Ranting menangis
Bertambah kematian


3

Senja menghitam
mata horison redup
tangis lautan


4

Bunga kamboja
Harum membawa kabar
kepergiannya


5

malam berbintang
Berpijar di selatan
nelayan pulang


6

Terik cahaya
pecah tanah petani
padamlah tungku


7

Berjalan bulan
berkawan mega mega
kawan menangis


8

Rintik gerimis
basahi luka luka
tergenang duka


9

Debu melayang
membawa musuh hitam
hidup terancam


10

Menjelang malam
mimpi datang menyambut
sejenak tenang


11

Cuaca ringkih
tubuh tubuh menggigil
masa pandemi


12

Gelombang datang
menghitung jumlah debur
angka bertabur


13

Menyengat terik
Menusuk kabar kabar
jarum kematian

 


TAGS :

Agus Buchori

Penulis lahir di desa nelayan, Paciran, di pesisir utara Kabupaten Lamongan. Sehari-harinya menjadi Arsiparis di Dinas Kearsipan Daerah Kabupaten Lamongan serta mengajar Bahasa Jawa di SMAM 6 dan MTsM 02 Pondok pesantren Karangasem Paciran Lamongan.

Saat ini   aktif di komunitas Literacy Institute yang bergerak dalam pengembangan literasi di lamongan. Bersama teman temanya di sana melakukan penerbitan buku baik sastra maupun budaya untuk menggiatkan kegiatan tulis menulis di Lamongan.

Puisinya tersebar di Bali Post, Radar Bojonegoro (jawa Pos grup), Balai Bahasa Jawa timur dan di qureta.com, Baru baru ini bersama komunitasnya menerbitkan antologi cerpen Bocah luar Pagar , Hikayat daun Jatuh, dan antologi puisi Ini Hari sebuah Mesjid Tumbuh di Kepala.   Bisa di hubungi di [email protected].

Komentar