Puisi-puisi Sultan Musa
- By Sultan Musa
- 09 Juni 2020
NGELMU KETENANGAN HATI
1//
Perapian langit menyimpan banyak do’a
Pada hangatnya menghantarkan tatapan senyum
Jalan ketenangan hati terus melaju
2//
Seorang datang menyapa
Mencari saran agar merujuk pada sebuah
Walau terkadang tak pernah ada akhirnya
Berharap saling mengisi pendapat berbalas
Hingga dalam ketiadaan
3//
Ketenangan hati merupakan refleksi
Rupanya, pencarian sulit untuk di renangi
Dan penemuan sukar untuk di selami
Ibarat memetik mutiara yang tersenyum
4//
Di perjalanan, tiba saat hadapi tanya ringan
Bagai menatap dinding termaktub
“Kemana kau cari langit ketenangan hati ?”
“Apa yang kau putuskan, dalam hangatnya?”
5/
Di depan dinding membawa jawab
ternyata kusam selama ini
Bukan hanya menjauh agar tenang
Bukan hanya menutup pintu agar sendiri
Tengelam dalam kegelisahan nurani
Menyusup bertubi – tubi penolakan
6/
Seorang ini berakhir membawa sebaris kata
Di ujung kata bahagianya tersemat pongah menghujam
Ternyata ....
bersimbah membersihkan hati
dan pikiran jiwa
Itulah nurani ketenangan hati
Banyuwangi, 2020
KEPADA : GEMA GETIR
Sisa rasa membawa kelak
Diantara hanyut rasa telak
Yang tersangkut seperti jejak
Membawa kemanapun tanpa jarak
Tapi ini semua terkubur
Pada suatu masa terarus
Seakan menuliskan getir berlumpur
Tapi mengalir dari rancang beralur
Di pintunya asa terikat
Namun, bila di dobrak merusak hakikat
Bila di musnahkan takdir menjadi singkat
Jadi, biarlah di perangkap itu tak mendekat
Berfikir dan terus berfikir
Tersedu mengabadikan
Dalam puisi ini ...yang ada
Getir menggema
Samarinda, 2020
CERITAKU BERHEMBUS
Ceritaku kini
Dalam jiwa menyentuh
Dalam tatap berteduh
Dalam tanya mendekati
Ceritaku kini
Dalam penantian bergelayut
Dalam elok lembar kosong
Dalam seucap sosok lain
Ceritaku kini
Dalam yakin turut mendengar
Dalam larut langit sepi
Dalam binar senyum
Ceritaku kini
Dalam senyum memudar
Dalam hadir tangan kasar
Dalam sebongkah pelindung
Ceritaku kini
Dalam mengais sebilah belati
Dalam ingatan terbang pergi
Dalam kisah nan usai
Langit sepi
Agar malaikat menyampaikannya...
Samarinda, 2020
KIDUNG BARU UNTUK SETIAP MANUSIA
Kerinduan manusia akan malam
Ia tuangkan dalam pekat menghitam
Sarat makna lena terdalam
Keinginan manusia akan senja
Ia lukiskan dalam hasrat menggema
Penuh kisah tak terencana
Wahai, manusia
Rebahkanlah lelah
Pada puncak resah
Seakan melepas......
Dari budi manusia
Dari pikiran manusia
Samarinda, 2020
DAHULU SEBELUM MENGARUNGI KESAKSIAN
Pada lembah sunyi
Kukumpulkan embun sendiri
Walau hanya setitik imaji
Namun tetap oleh tangan ini
Sesekali kutiup nada jawi
Dengan seruling terpatri
Terdengar indah memeluki
Membaur senyum bernyanyi
Di depanku berdiri
Saran angin di rawat oleh diri
Pandangan baik di segarkan oleh ahli
Perubahan makna di peluk oleh memori
Ketika nada berakhir tak pasti
Kulihat sebuah pintu mimpi
Tampak beribu jiwa berelegi
Di balik awan hitam tinggi
Seakan pencarian mewakili
Dari manusia yang berbudi
Dari manusia yang bernurani
Dimana tanah meninggi
“tak terjamah” !
Samarinda, 2020
PERJALANAN : RANTAU INI
Sesak
Jejalan ambisi
Di usahakan sirna
; atau
Tenang
Duduk perlahan
Dibenak mengarak
Menaungi : rantau ini
Samarinda, 2020
GEMINTANG LEMBARAN
Kertas terbuka
Lembaran berabad silam
Sebuah kata mengabadikan
Damai begitu ampuh
Setengah lembar robek
Terjaga gagah lipatan kitab
Ujungnya temaram sebuah makna
Sulur menyulur mengusir nasib
Sebagian ternyata lembar kosong
Berkutat tentang kodrat
Tapi akhir lembar
Ada indahnya berterima kasih
Halaman berharap di indera sepasang netra
Hanya sekedar untuk di ingat
Tak begitu ambigu
Bahkan belum saja di mulai
Pungutlah sisa bait tertapa
Dari ampas kisah yang tak kerap usai
Bergelayut dalam pengap ruang
Untuk di sadur : tidak lebih
Jakarta,2020
Komentar