Lima Puisi Sazma
- By Sazma A. Al-Kautsar
- 21 Mei 2020
TERDORONG PANDEMI
Pemberitaan datang hari ini tentang pandemi
Informasi dari gawai yang mengaku ahli
Padahal hanyalah informasi belum sah
Tentang kekejaman nasib kain kafan corona
Pemakaman terbungkus oleh plastik
Pelayat yang datang hanya bisa memandangi dari muka gapura
Ada oknum pula yang menolak pemakamannya
Katanya takut tercemar hingga pelosok desa
Ingatlah wahai manusia yang bijak
Saudara menolak orang mati karena penyakit
Saudara akan berdosa sekali, tenanglah
Rumah sakit sudah berkata kafan ini telah aman
Tidak aka penyakit tersebar
Setelah saudara lihat ia di liang lahat
Akan tiba saatnya giliran kita untuk mengantri
Dari tanah kembali dalam tanah
Madedadi
19 April 2020
RUNTUH
Di tengah menyeruh pandemi
Ada hati yang tersakiti
Seakan virus itu menggerogoti
Dari balik tubuh dingin yang berapi
Bahagiaku sekarang seakan semu
Bermukim pada ruang hatiku
Hanya permainan mencintai sebentar
Sampai berakhir pun ujung nanar
Lucunya ruang sanubari
Saat ingin mencintai
Sekejap pula mencederai
Sesungguhnya mulai runtuh lagi
Madedadi
31 Maret 2020
WALAU KADANG CIAMIK
Pemainan yang ciamik darimu saat ini
Dadu yang kau lemparkan itu berada di titik dua
Sekarang pilihanmu terdapat dua – pilihlah
Tapi ingat segalanya sudah kupertaruhkan untukmu
Walau kadang aku tahu kamu mencoba lupa
Walau kadang kamu ingin berpisah
Walau kadang kamu mulai merasakan cinta padanya
Walau kadang kamu mencintaiku atas materi
Walau kadang, kadang walau
Kadang walau aku merasa acuh padamu
Kadang walau kamu mencoba mencintaiku
Kadang walau kamu menangisi bukan untukku
Kadang itu yang menjadikan aku ingin mencoba mencintai
Kadang itu yang membuang semua kesan burukmu
tapi, saat ini aku mengharapkanmu
walau kadang kamu tidak ingin mengharapkanku
aku tahu semua tentang kau
ingin kembali berpisah memilih dia, bukan?
Pergilah, aku mendoakanmu supaya tahu aku sedang gundah asmara
Madedadi
30 Maret 2020
BUNGA MAWAR
Seseorang menyapaku dengan senyum
Melihatku berbunga atas sebuah keberhasilan
Atas kehendaknya yang terlampaui
Tanpa dia tahu, bahwa pipiku masam melihatnya
Melenggang menikmati masa muda yang cerah
Bergandengan dengan perempuan yang memangku hati
Merawat bunga mawar mempesona sungguh susah
Aku harus bisa mempertahankan tetapi terpaksa harus layu
Dahan tercopot dan samar bunga itu berpaling
Tertanam bunga mawar pada taman yang lain
Teringat buaian air yang melahirkan tangis
Menusuk duri bunga mawar agung dalam hati
Berbekas hingga merobek sanubariku
Meradang dan sepi seketika
Itulah aku
Madedadi
5 Februari 2020
SOSOK PALING TERBAIK
Terbaik bukanlah dirimu
Melainkan milik dirinya
Aku memang egois tentang hati
Tapi tolong jangan salahkan hati ini
Karena ragaku yang berjalan menghampirinya
Aku sekarang berusaha melupakan kenangan bersama
Tentang jalan yang sudah bercabang kita bersebrangan
Rasa kita tetang mencintai sekarang hanya batas bayangan
Teruntai tanpa kelopak yang menghadiri
Sekian lama aku memendamnya
Inilah jawaban paling mutlak
Setidaknya aku tak mengumbar tentang rasa
Tapi gerak gerik kaki mengungkapkan karsa
Lalu kumencoba untukmenghentikannya
Terima kasih yang aku haturkan ternyata bisa
Madedadi
5 Februari 2020
Komentar