5 Puisi Hery Lamongan
- By Herry Lamongan
- 14 Januari 2020
Catatan Hujan
hujan pertama awal november
menyeka tubuh kemarau
kersik daunan
debu-debu sunyi.
bumi basah wangi tanah
membasuh kangen lumut batu-batu
dendang kita bergiliran
meniti gigil air
saat mendung luruh
dan langit gembira kemudian
musim kita berpasangan
dekat jauh
renta belia
dinding-dinding menulisnya.
bersajak
dalam gulir sejarah
01.11.22019
Catatan Sesal
sesal tak cuma berhenti pada tahun
seperti gerilya
beringsut ia di bawah tanah
menguliti dadaku
sejak hutan itu dibakar
dan noda menghina komisi-komisi.
diam-diam ia iris pula kelepak jantung
sebab mabuk riuh majelis.
sungguh jalan sesat
menghambat hajat umur
hajat tidur
pada saat hening singgah
pada suwung
seakrab sisik menyisir ombak.
sesal berendap-endap
setiap ujung sengketa
melucuti kata bijak yang rimbun
dalam hati
menimbun diam di batu karang.
01012020
Rindik Senjakala
sebab rindik mencukupi diri
sebagai rindik saja, tak hendak
memaksa rampak tambur kepada
nada misteri alam
maka itu irama
mengalir ritmis jiwa raga
ke muara.
guyub tak saling silang
menaruh sajak
pada wadah masing-masing.
betapa lengang dukana
betapa hening sukma
meletakkan beban duniawi
dalam meditasi kata-kata.
hanya menduga tanpa curiga
kita rampungkan ini hari
dengan cangkir kopi asat
di tilas bayang-bayang.
03.08.2019
Tersisih Pelan-pelan
keping alit yang tersisa
bolong-bolong pula
bukan saja jarik kebaya konde dan
blangkon beskapku pelahan senyap.
bahkan hanacaraka pun
seadanya saja mewarnai pakeliran.
semakin asing aku pada jawa
di bumi jawa
semakin arang kranjang
sisa sanjungku
di rumah rapuh bumi nusantara.
kami pean-pelan tersisih
dari tanah sendiri. pedih
tanpa luka
12.01.2020
Penjaga Sungai
itu putat tetap erat
di tebing bengawan
nyaris dua generasi lewat.
akar-akar kuat memegang tepian curam
menahan longsor
saat air naik merendam tegal sawah
kemarau membiar rimbun daun
meneduhkan dahaga bengawan.
burung-burung pulang petang
seredup bayang-bayang
gelap hampir sempurna dari ufuk
mengajak kepak sayap lelap.
dua generasi meninggalkan tradisi
jati diri retak pelahan
tiada muawarah
tiada kerjasama.
kemben dan udeng tinggal remah sejarah
tergusur habis dari benak peradaban.
itu putat menyaksi warisan leluhur
dilibas gegas zaman.
kita kian miskin jati diri,
laku tradisi terbata-bata
luka dirundung nestapa.
13.09.2019
Komentar