Puisi-puisi DG Kumarsana
- By DG Kumarsana
- 31 Desember 2019
Tahun Baru Bocah Kecil
Tahun berganti. Pasti tanpa di tunda waktu
Tangisan bocah tak berganti wajah dalam perpindahan angka
Selalu mengerti ke mana arah suara terompet
Dan ribuan mercon ribut tak mengerti wajah yang bingung
Bocah dalam dekapan ibunya tak pula berganti tangis
Anak-anak di jalanan bernyanyi-nyanyi
Menunggu tahun yang bakal lewat
Tak peduli ada yang berubah, BBM yang melonjak, harga-harga mulai melangit,
Sawah-sawah yang kehilangan panen, tanah-tanah sepanjang jalan berbenih beton
Tentu saja harga diri kian cekak mengulum nurani
Manusia makan beton
Lidah bocah mengisap jempol
Pada tahun yang tiba waktunya belajar mengerti nurani
Entah
Lereng pengsong, 2019.
Kerinduanmu Kadang Tak Masuk Akal
Kerinduanmu terkadang tak masuk akal
ingin mengubah bintang jadi wajah bulan
buramnya warna langit, buram warna hati
kerinduanmu membuat lupa daratan
kerinduanmu kurang bertanggung jawab atas kecemasan kecemasanku akan kebimbanganmu
menghulu keraguanku hari hari yang tak pernah henti
berjalan
Lereng Pengsong, 2019
Bunga Penghabisan
Pertemuan itu kau tandai dengan apa
kembang yang tak sempat mekar di tangan
atau pohon terakhir yang tak sempat tertanam di batu nisan
Waktu tak memutar hari sekian lama mengukur gundah
menggelandang usia hingga anak-anak belum sempat bercerita
di sini angin tetap hangat memberi ruang
sebagai perbincangan penghabisan
namun apa yang tertanam, kau sebagai pohon tak menyisakan buah
terantuk masa depan
pelanglang tak pernah menyangsikan hari
di sini angin tetap memberi jalan bagi cahaya
matahari yang selalu sama pada setiap persinggahanmu
Dengan apa menandai pertemuan
nisan yang terpahat dari bunga mekar penghabisan
tak tertulis jelas di tanganmu
Lereng Pengsong, 2019
Paceklik
Kapan punya waktu bicara pada tanah
asap knalpot menggilas meninggalkan debu berhamburan
kapan terhenti menatap daun-daun tak bernapas tertutup debu jalanan
hidung yang kini tersumbat tak mampu bedakan bau
kebusukan yang tercium bukan dari lalat-lalat terbang di atas bangkai
daun-daun yang tak pernah lagi merenggangkan rongga parumu
lihatlah kini, sawah-sawah tak berpenghuni
tanah-tanah pecah tak lagi bersahabat dengan air
tanah tak punya paru-paru
basah
latah paceklik menahun
2019
Bunga di Atas Kuburan
Sekuntum bunga tak berwarna
telah lama tumbuh di atas tanah kubur baru
beberapa rumah yang pernah terbangun
memberikan hidup, tawa anak-anak mampu lupakan duka
serta janin yang belum lahir sebagai bayi
kau persiapkan susu hingga ketika harus menetek di puting yang tak mengeluarkan cairan
kini satu-satu rumah itu ambruk
tak memberikan kerindangan dari terik panas manakala berteduh
atau menyediakan mimpi ketika berusaha merebahkan keletihan
dari sarat buruk cuaca di luar jendela
menatapmu sekuntum bunga yang mulai layu termakan rapuh jejalan usia
kering tanpa perlu airmata yang biasanya dimuntahkan mendung hitam
kau tak mengenalnya sebagai awan
rumah itu: sekuntum bunga tak berwarna
tanpa kembang kehidupan sebaris awan membentuk relief
hinggapi rumah masa depan
bunga itu tak berwarna, tak bernama
dan kini tak bernyawa
Lereng Pengsong, 2019.
Komentar