Mrebutin Angin

  • By I Made Sugianto
  • 13 November 2023
Pustaka Ekspresi

Buku ini menyajikan cerita-cerita sederhana seputar kehidupan di Bali. Meski sederhana, banyak tetuek atau pesan moral yang disajikan oleh penulis. Ni Wayan Antari menulis cerita dengan bahasa sederhana sehingga mudah dipahami oleh anak muda. Bahasa Bali kapara atau gaul sehingga anak muda akan tertarik menuntaskan membaca cerita yang disuguhkan. Pada dialog juga kita temukan bahasa lokal Bali Aga yang justru memperkaya pembendarahaan kata di Bali. 

Tema yang diangkat oleh Wayan Antari beragam, cinta, lingkungan, dan karmaphala. Mrebutin Angin mengingatkan pembaca untuk tetap bhakti dan kepada orangtua. Menyanyangi orangtua semasa hidup, merawat dengan penuh kasih sayang saat mereka sakit maupun saat-saat dijemput Dewa Kematian. Bukan sebaliknya, setelah orangtua meninggal dan disimbolkan dengan sesaji baru berebut untuk mengusungnya. Saat orang tua hidup malah sebaliknya, dijauhi. Alpaka Guru atau durhaka kepada orang tua jelaslah mendapatkan kesengsaraan. Karmaphala harus ditanggung. Setelah didera penderitaan baru ingat kepada orang tua dan leluhur. Wayan Antari secara halus menggiring pembacanya untuk bhakti kepada orang tua dan mengingatkan hukum karmaphala itu ada. Sementara kepada remaja putri, penulis mengingatkan bahaya aborsi. Tema aborsi dapat kita jumpai pada cerita berjudul Nganten dan Tulungin Tiang Meme. 


TAGS :

I Made Sugianto

I Made Sugianto lahir di Banjar Lodalang, 19 April 1979 bertepatan Wraspati Wage Dungulan (Sugian Jawa). Kini istirahat sejenak dari pekerjaan sebagai wartawan NusaBali untuk mengbadi sebagai Kepala Desa di tanah kelahirannya, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan.

Komentar