Ngutgut Jeriji di Umah Padidi

  • By I Made Sugianto
  • 31 Oktober 2022
Pustaka Ekspresi

Judul: Ngutgut Jeriji di Umah Padidi

Penulis Wayan Kuntara

Tebal: 82 halaman

 

Buku kumpulan cerpen berbahasa Bali yang ditulis Wayan Kuntara ini menyajikan 9 kisah. Diawali dengan cerpen berjudul Pageh Kantos Mati. Cerita ini mengisahkan seorang lelaki tua yang kukuh pertahankan tanah miliknya agar tidak beralih fungsi. Tidak berpindah tangan ke investor. Tentu saja perjuangan kakek tua ini sangat berat. Makelar tanah juga gigih merayu, pun penghulu desa juga semangat memburu komisi. Sang kakek makin terdesak. Jatuh sakit hingga Tuhan berencana lain. Meski perjuangannya kandas, namun tanah sawahnya tetap lestari tidak berpindah tangan ke orang-orang rakus mengejar keuntungan sesaat. Cerpen berjudul Ngutgut Jeriji di Umah Padidi juga menceritakan perjuangan remaja putra mencari jati diri. Remaja ini kerap berulah di sekolah hingga kepala sekolah mengambil keputusan memindahkannya. Namun, seorang guru memperjuangkan agar remaja ini tidak pindah. Bahkan guru ini bertekad menjadikan remaja nakal itu berprestasi. Usaha guru itu mendapat lampu hijau dari kepala sekolah. Berkat pendekatan yang humanis, remaja itu mau belajar di sanggar sang guru. Berkat pembinaan intensif, remaja ini akhirnya berhasil menjadi juara dalam lomba menulis aksara Bali di daun lontar. Tentu dia gembira dan ingin menunjukkan kepada orang tuanya jika ia berprestasi. Bukannya dipuji, tapi orang tuanya justru mencemooh dan menilai bahasa Bali tidak penting. Remaja ini pun gigit jari dengan sikap orangtuanya.   


TAGS :

I Made Sugianto

I Made Sugianto lahir di Banjar Lodalang, 19 April 1979 bertepatan Wraspati Wage Dungulan (Sugian Jawa). Kini istirahat sejenak dari pekerjaan sebagai wartawan NusaBali untuk mengbadi sebagai Kepala Desa di tanah kelahirannya, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan.

Komentar