Alih Kode dan Campur Kode dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
- By Ni Rai Ayu Chandra Wangi
- 10 Januari 2024
Proses pembelajaran bahasa Indonesia sering terjadi alihkode dan campur kode. Alih kode adalah perpindahan darisatu kode ke kode lainnya, sedangkan campur kode adalahpenggunaan dua atau lebih kode dalam suatu tuturan. Alih kode dan campur kode dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia. Alih kode dan campur kode dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampakpositif dari alih kode dan campur kode antara lain memudahkan komunikasi, mengungkap identitas pembicara, dan mengungkapkan emosi. Dampak negatif dari alih kodedan campur kode antara lain mengganggu proses pembelajaran, memperlihatkan ketidakmampuan penuturmenggunakan bahasa Indonesia, dan menimbulkan kesantidak sopan. Tujuan artikel ilmiah ini untuk mendeskripsikandan menjelaskan pengertian, wujud, faktor penyebab, fungsi, dan implikasi alih kode dan campur kode dalam pembelajaranbahasa Indonesia di SMA. Artikel ilmiah ini menggunakanmetode penelitian kualitatif dan metode penelitian pustaka. Data penelitian berasal dari berbagai sumber, seperti buku, artikel, jurnal, dan website. Data penelitian dikumpulkanmelalui tinjauan pustaka. Kajian sastra dilakukan melaluipembacaan dan analisis berbagai materi yang berkaitandengan wujud, faktor penyebab, fungsi, dan implikasi alihkode dan campur kode dalam bahasa Indonesia.
Kata kunci: Alih kode, campur kode, pembelajaran bahasaIndonesia, SMA
ABSTRACT
The Indonesian language learning process often occurs code switching and code mixing. Code-switching is the movement from one code to another, while code-mixing is the use of two or more codes in an utterance. Code-switching and code-mixing can occur in various contexts, including in the context of Indonesian language learning. Code-switching and code-mixing in Indonesian language learning can have positive and negative impacts. The positive impacts of code-switching and code-mixing include facilitating communication, revealing the identity of the speaker, and expressing emotions. The negative impacts of code-switching and code-mixing include disrupting the learning process, showing the speakers' inability to use Indonesian, and giving the impression of impoliteness. The purpose of this scientific article is to describe and explain the meaning, form, causative factors, function, and implications of code switching and code mixing in Indonesian language learning in high school. This scientific article uses qualitative research methods and library research methods. The research data comes from various sources, such as books, articles, journals, and websites. The research data was collected through literature review. Literature review is conducted through reading and analysing various materials related to the form, causal factors, functions, and implications of code switching and code mixing in Indonesian language.
Keywords: Code-switching, code-mixing, Indonesian language learning, high school
1. PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia digunakan dalam segala bidangkehidupan, termasuk pendidikan. pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dirancang untuk meningkatkankemampuan Bahasa Indonesia lisan dan tulisan peserta didik.
Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sering terjadialih kode dan campur kode. Alih kode adalah perpindahandari satu kode ke kode lainnya, sedangkan campur kodeadalah penggunaan dua atau lebih kode dalam suatu tuturan. Alih kode dan campur kode dapat terjadi dalam berbagaikonteks, termasuk dalam konteks pembelajaran bahasaIndonesia.
Alih kode dan campur kode dalam pembelajaran bahasaIndonesia dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari alih kode dan campur kode antara lain memudahkan komunikasi, mengungkap identitas pembicara, dan mengungkapkan emosi. Dampak negatif dari alih kodedan campur kode antara lain mengganggu proses pembelajaran, memperlihatkan ketidakmampuan penuturmenggunakan bahasa Indonesia, dan menimbulkan kesantidak sopan.
Berdasarkan uraian di atas, maka artikel ilmiah ini bertujuanuntuk mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian, wujud, faktor penyebab, fungsi, dan implikasi alih kode dan campurkode dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Artikelilmiah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas mengenai fenomena alih kode dan campur kode dalampembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat digunakanuntuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia.
2. METODE
Penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dan metode penelitian pustaka. Data penelitian berasal dariberbagai sumber, seperti buku, artikel, jurnal, dan website. Data penelitian dikumpulkan melalui tinjauan pustaka.
Kajian sastra dilakukan melalui pembacaan dan analisisberbagai materi yang berkaitan dengan wujud, faktorpenyebab, fungsi, dan implikasi alih kode dan campur kodedalam bahasa Indonesia.
3. HASIL & PEMBAHASAN
Pengertian Alih kode dan Campur kode
Alih kode merupakan peristiwa beralihnya penggunaankode bahasa yang satu ke kode bahasa yang lain. Kode bahasadapat berupa bahasa yang berbeda, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, atau ragam bahasa yang berbeda, sepertibahasa Indonesia formal dan bahasa Indonesia informal. Ahli kode dapat terjadi dalam berbagai situasi, seperti:
a. Perubahan topik pembicaraan. Misalnya, seorang penuturbahasa Indonesia yang berbicara tentang pelajaranmatematika tiba-tiba beralih ke bahasa Inggris untukmenjelaskan rumusnya.
b. Kehadiran pihak ketiga. Misalnya, seorang penuturbahasa Jawa yang sedang berbicara dengan temannyatiba-tiba beralih ke bahasa Indonesia ketika keluarganyamendekat.
c. Keinginan untuk mengkonfirmasi atau mengklarifikasipernyataan tersebut. Misalnya, penutur bahasa Indonesia yang berbicara tentang konsep-konsep sulit tiba-tibamenambahkan istilah-istilah bahasa Inggris untukmemperjelas maknanya.
Campur kode adalah terjadinya penggunaan dua bahasa ataulebih secara bergantian dalam satu ujaran. Campur kode dapatterjadi secara sengaja maupun tidak sengaja. Campur kodedapat terjadi dalam berbagai situasi, seperti:
a. Menyisipkan, misalnya, seorang penutur bahasaIndonesia tiba-tiba menyisipkan satu atau dua kata bahasa Inggris saat berbicara.
b. Dihilangkan, misalnya, seorang penutur bahasa Jawa tiba-tiba menggunakan kata-kata bahasa Indonesia saatberbicara.
c. Penyempurnaan dan penyisipan, misalnya, seorangpenutur bahasa Jawa tiba-tiba menggunakan kata bahasaIndonesia “oke” saat berbicara.
Perbedaan utama antara alih kode dan campur kode adalahfaktor kesengajaan. Alih kode biasanya dilakukan dengansengaja, sedangkan campur kode biasanya terjadi secara tidaksengaja.
Wujud Alih kode dan campur kode
Wujud alih kode
Alih kode dapat terjadi dalam berbagai wujud, yaitu:
a. Alih kode penuh, yaitu perubahan total penggunaanbahasa atau ragam bahasa tertentu ke bahasa atau ragambahasa lain. Misalnya, seorang penutur bahasa Indonesia menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara denganteman sebaya, tetapi beralih ke bahasa Jawa ketikaberbicara dengan orang tua atau kakek-nenek.
b. Alih kode sebagian, yaitu penggunaan bahasa atau ragambahasa tertentu hanya sebagian saja yang diganti kebahasa atau ragam bahasa lain. Misalnya, orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia saat bercakap-cakap, tetapi menambahkan kata atau frasa bahasaInggris untuk menekankan poin-poin tertentu.
c. Ahli kode acak, yaitu pengalihan penggunaan bahasa atauragam bahasa tertentu ke bahasa atau ragam bahasa lain secara acak. Sebagai contoh, seorang penutur bahasaIndonesia mungkin sedang berbicara dalam bahasaIndonesia dan tiba-tiba menyisipkan kata atau frasadalam bahasa Jawa tanpa alasan.
Wujud campur kode
Campur kode dapat terjadi dalam berbagai wujud, yaitu:
a. Campur kode kata adalah penambahan kata dari bahasalain ke dalam kalimat yang menggunakan bahasatertentu. Misalnya, "Saya ingin membeli sarapan." (Bahasa Indonesia dengan tambahan kata 'beli' daribahasa Jawa).
b. Pencampuran kode frasa adalah penyisipan ungkapan daribahasa lain ke dalam kalimat yang menggunakan bahasatertentu. Misalnya, "Saya sedang bepergian." (Bahasa Indonesia dengan penambahan kata "lagi" dari bahasaJawa).
c. Menambahkan frasa dari bahasa lain ke dalam kalimatdalam bahasa tertentu. Misalnya, "Mboh, ya sudah." (Bahasa Jawa dengan tambahan "saya sudah menunggu" dari bahasa Jawa). (Bahasa Indonesia dengan tambahan"ya sudah" dari bahasa Jawa).
Faktor penyebab alih kode dan campur kode dalampembelajaran bahasa Indonesia
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapatdibagi menjadi dua kategori: faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari penutur ataupengguna bahasa. Faktor-faktor internal tersebut antara lain sebagai berikut
a. Penutur faktor berhubungan dengan latar belakangpenutur, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, dan usia. Penutur dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggicenderung menggunakan bahasa Indonesia yang lebihformal, sedangkan penutur dengan tingkat pendidikanyang lebih rendah cenderung menggunakan bahasaIndonesia yang lebih informal.
b. Mitra bicara, berkaitan dengan hubungan antara penuturdan lawan tutur. Penutur cenderung menggunakanbahasa yang lebih informal dengan penutur yang memiliki hubungan dekat dan bahasa yang lebih formal dengan penutur yang memiliki hubungan formal.
c. Topik, berkaitan dengan subjek yang sedang dibahas. Penutur cenderung menggunakan bahasa yang lebihinformal ketika membicarakan topik informal dan bahasayang lebih formal ketika membicarakan topik formal.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diripenutur atau pengguna bahasa. Faktor eksternal meliputi hal-hal berikut
a. Kehadiran pembicara ketiga. Kehadiran pembicara ketigaberkaitan dengan kehadiran orang lain dalampercakapan. Ketika ada pihak ketiga yang tidakmemahami bahasa yang digunakan, pembicaracenderung menggunakan bahasa yang lebih formal.
b. Situasi bahasa. Faktor situasi bahasa berkaitan dengansituasi atau keadaan di mana tuturan berlangsung. Penutur cenderung menggunakan bahasa yang lebihinformal pada situasi informal dan bahasa yang lebihformal pada situasi formal.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, alih kode dan campur kode dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antaralain faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang paling sering menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kodedalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah faktor mitratutur.
Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran bahasaIndonesia, peserta didik dan guru biasanya memilikihubungan yang dekat sehingga cenderung menggunakanbahasa yang lebih informal dalam percakapan mereka.
Faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya alihkode dan campur kode dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah faktor situasional kebahasaan. Misalnya, dalampembelajaran bahasa Indonesia yang komunikatif, pembelajardan pengajar cenderung menggunakan bahasa yang lebihinformal untuk memudahkan komunikasi.
Alih kode dan campur kode dalam pembelajaran bahasaIndonesia memiliki dampak positif dan negatif. Dampakpositif dari alih kode dan campur kode adalah memudahkanpembelajar untuk memahami materi pembelajaran.
Hal ini dikarenakan pembelajar dapat membuat hubunganantara materi pembelajaran dengan bahasa yang merekagunakan sehari-hari. Namun, efek negatif dari alih kode dan campur kode adalah mengganggu proses pembelajaran. Karena jika pembelajar tidak memahami bahasa yang digunakan, mereka akan kesulitan untuk memahami materipembelajaran.
Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan faktor-faktorpenyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalampembelajaran bahasa Indonesia. Guru perlu memahami bahwaalih kode dan campur kode merupakan bagian yang wajardalam pembelajaran bahasa. Namun, guru juga perlumembatasi penggunaan alih kode dan campur kode agar tidakmengganggu proses pembelajaran.
Fungsi alih kode dan campur kode dalam pembelajaranbahasa Indonesia
Alih kode dan campur kode merupakan fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalampembelajaran bahasa Indonesia. Alih kode merujuk pada pergantian penggunaan kode dari satu kode ke kode lain dalam satu ujaran. Campur kode adalah penggunaan dua kodeatau lebih dalam sebuah percakapan.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, alih kode dan campurkode memiliki fungsi sebagai berikut
a. Mempertegas dan memperjelas ungkapan. Alih kode dan campur kode digunakan untuk mempertegas ataumemperjelas ungkapan. Misalnya, seorang guru bahasaIndonesia menjelaskan penggunaan kata 'mengapa' dan 'mengapa tidak'. Untuk memperjelas perbedaan antarakedua kata tersebut, guru dapat menggunakan alih kodedalam bahasa setempat. Misalnya, guru dapatmenggunakan kata 'mengapa' dan bukan 'kenapa'.
b. Mengutip ucapan orang lain. Alih kode dan campur kodejuga dapat digunakan untuk mengutip ucapan orang lain. Sebagai contoh, misalkan seorang peserta didik sedangmenjelaskan sebuah topik dalam bahasa Indonesia. Untuk mengutip pendapat seorang ahli, peserta didiktersebut dapat menggunakan campur kode. Misalnya, 'Menurut Hipotesis Sapir-Whorf, bahasa mempengaruhicara orang berpikir dan berperilaku'.
c. Mengacu pada bahasa asli atau bahasa lokal daripembicara. Alih kode dan campur kode digunakan untukmenunjukkan bahasa pertama atau bahasa lokalpembicara. Misalnya, seorang peserta didik berbicaradengan gurunya tentang pengalamannya di negara asalnya. Murid tersebut dapat menggunakan alih kode kebahasa lokal untuk menguraikan pengalamannya.
d. Hindari penggunaan bentuk kasar dan halus. Alih kodedan campur kode dapat digunakan untuk menghindariadanya bentuk kasar dan halus. Misalnya, seorang guru bahasa Indonesia sedang menjelaskan sebuah topikdalam bahasa Indonesia tentang etika. Untukmenghindari penggunaan bahasa yang kasar, guru tersebut dapat beralih ke bahasa daerah. Misalnya, "Jangan lupa mengucapkan 'permisi' sebelum masuk kedalam kelas."
Secara umum, alih kode dan campur kode dapat menjadialat untuk mempermudah komunikasi dan pemahaman dalampembelajaran bahasa Indonesia. Namun, penggunaan alihkode dan campur kode juga harus dibatasi agar tidakmenghambat fasilitasi pembelajaran.
Implikai alih kode dan campur kode dalam pembelajaranbahasa Indonesia
Alih kode dan campur kode merupakan fenomenakebahasaan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Kedua fenomena ini dapat memberikan implikasi positif dan negatif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.
Implikasi positif
a. Pemahaman yang lebih baik terhadap materi pelajaran. Alih kode dan campur kode dapat digunakan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didikdengan menggunakan bahasa yang lebih familiar. Misalnya, guru dapat menggunakan bahasa daerah dan bahasa gaul saat menjelaskan topik. Hal ini membantupeserta didik untuk memahami topik dengan lebih baik.
b. Memotivasi peserta didik untuk belajar. Guru dapatmembuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan dengan menggunakan metode alih kodedan campur kode. Misalnya, guru dapat menggunakanbahasa gaul dengan humor dan cerita dalam bahasa lokaldalam pelajaran mereka. Hal ini dapat meningkatkanmotivasi peserta didik untuk belajar.
c. Mengembangkan kemampuan bahasa peserta didik. Alih kode dan campur kode dapat digunakan untukmeningkatkan kemampuan bahasa peserta didik sepertimendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai contoh, guru dapat meminta peserta didik untukmenulis teks anekdot dengan menggunakan bahasa lokaldan bahasa gaul. Hal ini membantu mengembangkankemampuan bahasa peserta didik.
Implikasi negatif.
a. Mengganggu pemahaman terhadap topik. Penggunaanalih kode dan campur kode yang tidak tepat dapatmenghambat pemahaman terhadap topik. Misalnya, guru menggunakan terlalu banyak bahasa lokal dan bahasagaul di kelas. Hal ini menyulitkan peserta didik untukmemahami materi pelajaran.
b. Mengurangi kualitas pembelajaran. Alih kode dan campur kode dapat memperburuk kualitas pembelajaranjika penggunaannya tidak sesuai dengan situasipembelajaran. Misalnya, guru menggunakan bahasa lokaldan bahasa gaul dalam pembelajaran formal. Hal inidapat membuat pembelajaran menjadi kurang formal dan kurang serius.
4. PENUTUP
SIMPULAN
Alih kode merupakan peristiwa beralihnya penggunaankode bahasa yang satu ke kode bahasa yang lain, sedangkancampur kode adalah terjadinya penggunaan dua bahasa ataulebih secara bergantian dalam satu ujaran. Campur kode dapatterjadi secara sengaja maupun tidak sengaja.
Wujud alih kode, yaitu: alih kode penuh, alih kode sebagian,dan alih kode acak. Wujud campur kode, yaitu campur kodekata, pencampuran kode frasa adalah penyisipan ungkapandari bahasa lain ke dalam kalimat yang menggunakan bahasatertentu, dan menambahkan frasa dari bahasa lain ke dalamkalimat dalam bahasa tertentu.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari penutur ataupengguna bahasa, meliputi: penutur faktor berhubungandengan latar belakang penutur, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, dan usia, mitra bicara, dan topik, sedangkan faktoreksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri penutur ataupengguna bahasa, meliputi: kehadiran pembicara ketiga dan situasi bahasa.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, alih kode dan campur kode memiliki fungsi, yaitu: mempertegas dan memperjelas ungkapan, mengutip ucapan orang lain, mengacupada bahasa asli atau bahasa lokal dari pembicara, sertahindari penggunaan bentuk kasar dan halus.
Implikasi positif alih kode dan campur kode dalampembelajaran bahasa Indonesia, meliputi: pemahaman yang lebih baik terhadap materi pelajaran, memotivasi peserta didikuntuk belajar, dan mengembangkan kemampuan bahasapeserta didik. Implikasi negatif meliputi: mengganggupemahaman terhadap topik, dan dapat mengurangi kualitaspembelajaran
SARAN
Guru harus memahami fenomena alih kode dan campur kodedalam pembelajaran bahasa Indonesia. Guru dapatmenggunakan alih kode dan campur kode sebagai strategi pembelajaran.
5. DAFTAR PUSTAKA
Rulyandi, R., Rohmadi, M., & Sulistyo, E. T. (2014). Alih kode dan campur kode dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Paedagogia, 17(1), 27-39.
Sudarja, K. (2019). Alih Kode dan Campur Kode dalamProses Pengajaran Bahasa Indonesia. ALFABETA: JurnalBahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, 2(2), 35-49.
Azis, H. N., & Rahmawati, L. E. (2021). Alih Kode dan Campur Kode dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. ESTETIK: Jurnal Bahasa Indonesia, 4(1), 55-64.
Simatupang, R. R., Rohmadi, M., & Saddhono, K. (2018). Alih kode dan campur kode tuturan di lingkungan pendidikan. Lingtera, 5(1), 1-9.
Estetis, E. N., & Hasibuan, A. L. (2021). Campur Kode dan Alih Kode Guru dan Siswa Pelajaran Bahasa Indonesia. Linguistik: Jurnal Bahasa dan Sastra, 6(2), 245-252.
Komentar