Perjalanan Panjang Seorang Wanita Desa
- By Ketut Sugiartha
- 08 Oktober 2023
Ni Meri karya I Wayan Suardika ini lebih cocok disebut roman daripada novel. Pasalnya, ia tak sekadar mengangkat satu sisi kehidupan pelakunya dengan segala problemannya sampai mengalami perubahan nasib. Ia bertutur mengenai tokoh sentralnya secara panjang lebar dan rinci sejak masa kecil hingga dewasa serta diwarnai beragam pergolakan hidup.
Dengan bahasa yang lugas pengarang mengisahkan perjalanan hidup Ni Meri secara linier dan di sana-sini diselipi kata-kata dari bahasa Bali. Akibatnya buku setebal 464 halaman ini diberati banyak catatan kaki.
Ni Meri adalah seorang anak perempuan desa miskin. Ia terpaksa meninggalkan sekolah dan desa yang dicintainya untuk mengadu nasib ke kota. Mulai dari berjualan nasi bungkus lambat laun Meri merambah usaha dagang yang omsetnya semakin besar dengan keuntungan yang mampu membiayai dirinya masuk ke perguruan tinggi. Keterampilannya menari bahkan lantas mengantarkannya pada orang-orang yang memberinya akses untuk ikut ambil bagian dalam bisnis industri pariwisata.
Meri kemudian menjalin cinta dengan James White, pebisnis asal Amerika. Namun hal yang tak terduga kemudian terjadi, James menghilang karena terlibat kasus perdagangan obat terlarang. Namun, Meri tak membiarkan dirinya larut dalam kesedihan. Ia berusaha tegar karena ada banyak hal yang menunggu untuk dikerjakan.
Suatu saat ia didatangi seorang pebisnis necis yang mengaku bernama Jo tetapi kemudian ia tahu bahwa Jo adalah Munju, teman masa kecilnya di desa. Meri tidak saja menyambut baik kerjasama bisnis yang ditawarkan Jo tetapi bahkan terlibat urusan asmara. Meri baru sadar kalau ia telah melangkah terlalu jauh ketika ia dipermalukan oleh istri Jo di depan umum.
Setelah Meri menghentikan segala bentuk kerjasama bisnis dengan Jo, tiba-tiba James White muncul. Karena tak mau kehilangan lagi, ke mana pun kekasihnya pergi ia ikut serta sampai kemudian ia mendapati dirinya hamil. Celakanya James tidak mau menikah. Namun, demi anaknya, James memenuhi permintaan Meri untuk menikah walau hanya sekadar formalitas. Ketika kemudian keduanya resmi bercerai, Meri kawin dengan De Belog, pendamping bisnisnya.
Jo yang telah bercerai dengan istrinya menemui Meri lagi. Ia mengingatkan Dé Belog dan Meri agar berhati-hati karena ia melihat ada ancaman dari investor besar yang menggunakan tangan kekuasaan. Ia tahu itu karena pernah berada di dalamnya. Dé Belog mulai merasa terusik ketika ada orang tak dikenal minta bergabung ke bisnisnya. Walau mandapat ancaman, Dé Belog menolak.
Tak dinyana De Belog, Meri dan juga Jo akhirnya mengalami nasib naas. Mereka diculik oleh para preman dan Meri diperkosa setelah dipaksa melepas tanah yang baru dibelinya. Meri mengalami trauma berat. Demi keamanan, Dé Belog memutuskan mengirim keluarganya ke Amerika. Tetapi Meri tetap ingin bertahan di Bali dan hanya mengirim anak-anaknya ke Amerika. Apa pun yang terjadi akan mereka hadapi walau nyawa jadi taruhannya. Bagi De Belog, mati dalam mempertahankan tanah kelahiran dari cekeraman investor tak bermoral adalah sebuah keindahan.
Kisah yang memotret keadaan Bali pada sekitar 1960 hingga 1990 ini mampu menggiring kita untuk larut di dalamnya. Wawasan pengarang yang luas, yang dapat ditangkap dari gagasan-gagasan cemerlang pelaku yang bernama De Belog, dan cerita yang ditutup dengan hanging ending yang memikat sanggup membuat kita terkesima.
Akan tetapi, buku yang kaya dengan perenungan ini memiliki secuil cacat yang tida begitu berarti seperti tanda catatan kaki yang agaknya ditulis secara manual dengan angka yang ukuran font-nya sama dengan kata yang diikuti seperti: kerauhan1, nyongkokin tain kebo2 dan seterusnya. Ini memang sepele tetapi mengurangi kesempurnaan tata letak buku ini.
Judul Buku: Ni Meri
Penulis: I Wayan Suardika
Penerbit: Pustaka Bali Seni, Cetakan pertama Juni 2017
Tebal: ix + 464
ISBN: 978-602-61-1441-9
Komentar