Arunika, Perempuan yang Bercerita
- By Nyoman Wirata
- 19 September 2023
Penulis buku ini memiliki angka 28 sebagai tahun pengabdian di Bali Post, media massa nasional yang terbit di Bali. Pekerjaannya memberi banyak kesempatan mengenal, bersaksi, dan bereaksi terhadap peristiwa sesuai tugasnya sebagai jurnalis. Jika kemudian peristiwa dibalur dengan imajinasi, metafor serta melakukan
kebebasan tafsir serta mengeksplorasi maka pilihan ruang ekspresinya adalah puisi.
Menulis puisi menjadi sebuah katarsis baginya jika membaca puisi pada buku Arunika ini. Sebagai penutur bebas mengekspresikan peristiwa dengan cara pandang dan menyikapi peristiwa dengan kritis kemudian mengambil spirit di dalamnya. “Itu cara saya mencintai tanah kelahiran dan tradisinya,” ujarnya. Itu pula sudah dilakukan jauh hari, sebelum memasuki masa pensiun 2015, melalui puisi yang terkumpul menjadi buku kumpulan puisi tunggal pertama, Karena Aku Perempuan Bali (Arti Foundation, 2003)
Pemaparan peristiwa pada puisi di buku ini dibuat mengalir layaknya dalam tradisi penulisan jurnalistik. Dengan runut dipaparkan. Bait pertama, semacam pintu yang ramah untuk masuk ke dalam sebuah bangunan puisinya dengan berjejal peristiwa antara lain rasa “kesepian”, harapan perubahan dengan bahasa cukup tajam. Tradisi beragama yang dijalaninya dan perempuan sebagai subjek pelaku penting di dalamnya menjadi bagian pembahasan yang cukup banyak dibicarakan. Dengan begitu menjadi tepat jika himpunan puisi pertama pada buku ini diberi judul “Cerita dari Bilik Perempuan”. Sedangkan “Arunika” judul pada himpunan kedua sekaligus sebagai judul buku yang diambil dari bahasa Sanskerta, berarti matahari terbit.
Seberapa jauh puisi dalam buku ini mampu merujuk kata “Arunika” jika dimaknai sebagai perubahan? Paling tidak, puisi pada buku ini mengandung spirit harapan perubahan. Atau sebuah transformasi dengan harapan terjadi perubahan atas dasar kecintaan pada tradisi.
Jika puisi di buku Arunika ini dianggap sebuah hidangan, ada beragam menu di dalamnya. Dan, jika penyairnya adalah chef, dia membubuhkan merica agak banyak pada beberapa hidangannya. Semua puisi dalam buku Arunika ini ditulis sekitar tahun 2020 hingga 2023. “Sebagian puisi di buku ini diambil dari dua manuskrip yakni ‘Cerita Perempuan’ dan ‘Buket Bunga November’,” itu kata Alit. Kedua manuskrip diberi tanda tahun 2022.
Komentar