Parade Lagu Pop Bali Primadona Materi PKB

  • By I Made Sugianto
  • 11 Maret 2020
I Gusti Putu Raka Danu sampaikan materi perkembangan lagu Bali saat workshop lagu daerah Bali di kalangan Angsoka, Denpasar, Rabu 11 Maret 2020

DENPASAR – Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Wayan Adnyana, membuka kriyaloka atau workshop lagu daerah Bali di kalangan Angsoka, Art Centre, Denpasar, Rabu (11/3). Menurut Wayan Adnyana, parade lagu Bali menjadi materi primadona dalam pagelaran Pesta Kesenian Bali (PKB). Workshop menghadirkan I Gusti Putu Raka Danu. Diskusi yang dipandu Made Sugianto berlangsung seru. Terbukti peserta yang diberikan kesempatan bertanya mengkritisi judul lagu ‘Pura Puri Para Purana’ karya Gusti Putu Raka Danu.

Wayan Adnyana mengatakan, perkembangan lagu Bali menggembirakan. Pemajuan kebudayaan yang paling dinikmati masyarakat adalah lagu Bali. Dulu generasi muda risih memutar ataupun mendengarkan lagu berbahasa Bali, kini sebaliknya. Mereka dengan gembira menyanyikan lagu Bali di segala kesempatan. “Parade lagu Bali menjadi isian PKB yang paling digemari,” ungkap Kun, sapaan akrab Wayan Adnyana. Mantan Ketua Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP) di ISI Denpasar ini menegaskan, workshop digelar untuk menyamakan persepsi tentang materi parade pada pementasan PKB mendatang. Tujuannya untuk menghindari miss komunikasi dalam penampilan dari masing-masing duta kabupaten/kota.

Sementara narasumber, I Gusti Putu Raka Danu, menegaskan Gubernur Bali Ida Bagus Mantra sangat berjasa dalam perkembangan lagu Bali dan memantik warga mencipta lagu Bali. Sebab pada tahun 1978, untuk pertamakalinya Gubernur Ida Bagus Mantra buat lomba cipta lagu Bali. Sekaligus menjadi tonggak Pesta Kesenian Bali pertama. Sedangkan lagu Bali pada era tahun 1960-an berkembang dengan kehadiran Putra Dewata Band pimpinan (alm) Anak Agung Made Cakra asal Denpasar dan (alm) Gede Darna, pencipta lagu sekaligus veteran pejuang asal Singaraja. Lagu-lagu mereka digandrungi masyarakat Bali.

Workshop makin seru saat moderator I Made Sugianto membuka sesi diskusi. Peserta asal Klungkung, Dewa Gede Alit Saputra, mengkritisi narasumber. Menurutnya, materi yang disajikan tidak menukik pada isian parade lagu pop Bali untuk pentas di PKB. Melainkan masih melebar tentang ‘lelintihan’ atau sejarah perkembangan lagu pop Bali dari era (alm) Anak Agung Made Cakra hingga sekarang. Dewa Alit Saputra juga mengkritik lemahnya dewan juri PKB khususnya lagu pop Bali yang kurang awas atau jeli melihat lirik lagu. “Banyak kata-kata pada lagu Bali itu masih macladukan sor singgihnya. Seolah tak memikirkan bahasa alus dan basa kapara, melainkan mementingkan enak didengar,” kritiknya.

Tak ketinggalan, Dewa Alit Saputra juga mengkritisi judul lagu ‘Pura Puri Para Purana’ yang dinyanyikan I Gusti Putu Raka Danu. Lagu itu merupakan karya Gusti Putu Raka Danu bersama Anak Agung Kusuma Wardana. “Dalam bahasa Bali, saya tidak menemukan teges atau arti dari kata para itu. Apa arti para itu?” tanya perwakilan Klungkung ini. Gusti Putu Raka Danu mengakui kurang jelinya para juri memperhatikan kata-kata dalam lagu Bali. Seharusnya para juri memperhatikan lirik. Namun dalam parade, tidak ada kalah menang atau meraih juara. Sebab dalam parade pengamat hanya memperhatikan kelebihan dan kekurangan para penampil untuk dirumuskan agar bisa diperbaiki lagi. Terkait kata ‘Para’ yang dijadikan judul lagu ‘Pura Puri Para Purana’ adalah penghormatan kepada sesepuh di Bali yang telah melahirkan karya cipta. (*)


TAGS :

I Made Sugianto

I Made Sugianto lahir di Banjar Lodalang, 19 April 1979 bertepatan Wraspati Wage Dungulan (Sugian Jawa). Kini istirahat sejenak dari pekerjaan sebagai wartawan NusaBali untuk mengbadi sebagai Kepala Desa di tanah kelahirannya, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan.

Komentar