Tuhan Bernyanyi, Pintu Renungan Diri, Refleksi, dan Keteladanan

  • By Ni Putu Wulan Diary
  • 30 Desember 2022
Pustaka Ekspresi

PENYAIR Ngurah Parsua pernah merilis buku kumpulan puisi ‘Ketika Penyair Bernyanyi’ yang diterbitkan Pustaka Ekspresi. Menginjak usia senja, penyair kelahiran Bondalem, Buleleng ini gemar menulis puisi maupun cerita pendek dengan tema Ketuhanan. Ada juga kumpulan puisi Bunga Sunyi. Terbaru, kumpulan cerpen Tuhan Bernyanyi. Karya-karya Ngurah Parsua serupa pintu renungan diri, refleksi, dan keteladanan.

Di tangan Ngurah Parsua, Ketuhanan bukanlah masalah ibadah yang bernilai ritual semata, melainkan mencakup perilaku kehidupan sehari-hari, moralitas dan keberpihakan. Tuhan yang dihadirkan Ngurah Parsua tidak dihadirkan secara dogmatik, melainkan filosofis dan simbolik. Terdapat 32 tema di dalam kumpulan cerpen Tuhan Bernyanyi. Para tokoh dalam cerita ini kebanyakan mengalami problematika psikologi seperti halusinasi, kesedihan mendalam, hingga kehilangan. Tokoh menonjol adalah tokoh laki-laki seperti cerpen berjudul Tuhan Bernyanyi, Tak Ada Jalan Lain untuk Pulang, Kematian, dan Terima Kasih.

Di dalam psikologi, rasa sedih, kehilangan, dan menangis adalah ekspresi fisik. Cerpen Tuhan Bernyanyi, misalnya. Kakek Maulana merupakan pelukis terkenal yang kehilangan istri, anak, cucu, dan saudara dekat karena terjadi tsunami yang sangat dahsyat di Aceh. Satu-satunya yang selamat adalah anak laki-lakinya. Hal tersebut membuat kakek sangat sedih dan kehilangan. Rasa sakit yang mendalam dan berkepanjangan melahirkan beberapa dampak psikologis, seperti frustasi, stres, depresi, hingga penyakit jiwa. Kehilangan membuat kakek Maulana trauma.

Tuhan Bernyanyi menghadirkan orang gila karena kehilangan empat anak, istri, orang tua, dan saudara. Tokoh orang gila ini mencuri sumbangan untuk dibagikan kepada siapa saja yang membutuhkan. Tokoh orang gila ini juga bertemu dengan kakek Maulana dan Ia memberikan bungkusan sumbangan. Tokoh orang gila ini berkata, “Ya, Tuhan bernyanyi, apa Bapak tidak mendengar?” Ini merupakan ganguan psikologi akibat kehilangan orang dicinta, Ia menjadi halusinasi di dalam perkataannya.

Cerpen Tak Ada Jalan Lain untuk Pulang menceritakan Pak Sastra yang gelisah karena perusahaan yang diberikan kepada anaknya memperlihatkan kehancuran. Dia juga kehilangan cucunya karena terseret ombak Pantai Kuta. Kehilangan cucu membuatnya sangat sedih. Beberapa minggu kemudian dia mendapatkan cucu laki- laki dari anak pertamanya. Di dalam cerpen ini, Pak Sastra diceritakan mengalami sakit jantung dan dihadapi dengan kematian. Dia bermimpi bertemu malaikat yang akan mengantarkannya menuju kematian. Tanpa disadari dia masih di rumah sakit dan tersadar dalam pingsannya. Setelah Pak Sastra terbangun. matanya tertutup lagi dan perlahan-lahan tertutup lagi. Sedih bercampur kecemasan yang dialami Pak Sastra merupakan gangguan psikologi. Pak Sastra mengalami kekhwatiran, membuat pikirannya terganggu. Penyakit jantungnya menjadi muncul karena mendapatkan berita yang membuat susana hati sangat syok.

Cerpen Kematian menceritakan tokoh Aku yang ditelepon oleh kakeknya yang memintanya menemuinya. Tokoh Aku diceritakan ingin mengetahui suatu hal yang ada di benaknya. Di tengah perjalan, dia juga membayangkan wajah kakeknya, kerut kulitnya jelas sudah layu penanda lanjut usia. Tokoh Aku mengingat kata-kata dan perbuatannya. Tokoh Aku menggambarkan sosok kakek hidup di dalam kesederhanaan. Tokoh Aku ini sangat dekat dengan kakeknya dan dia yang tau siapa sebenarnya kakeknya ini dan kakeknya sangat mempercayai sesuatu hal yang mistik. Di dalam psikologi, beberapa orang memiliki keyakinan bahwa supranatural atau mistis merupakan kejadian yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan manusia.

Di ceritakan oleh tokoh Aku, kakeknya adalah guru besar kerohanian, mengajarkan dasar-dasar filsafat. Diceritakan kakek mencoba mendalami keyakinannya. Hidup dalam seribu kesenyapan di hari tuanya. Tak lupa juga sang kakek menceritakan kematian. Kakek juga bercerita bahwa semua akan berakhir kembali. Semuanya akan sampai, siapa saja mau menuju Dia. Tokoh Aku termangu tak putus-putusnya, apakah ini suatu mimpi dari kehidupan akal sehat. Seperti hidup ini sendiri hanyalah kepasrahan, keuletan, dan ketabahan. Kesadaran dan keyakinan bahwa mati pasti akan tiba serta punahlah semua yang akan dicintai dan dinikmati dalam hidup ini. Kesadaran ini lalu memunculkan sebuah proses berupa penolakan dari dasar diri sehinga di dalam akal sehat harus siap menerima dan ini berhubungan dengan psikologis manusia.

Sementara itu di cerpen berjudul Terima Kasih menceritakan tokoh Aku yang punya nenek sakit TBC. Penyakit ini menular dan nenek menularkan penyakit TBC kepada anaknya. Tokoh Aku selalu menginap di rumah nenek dan tokoh Aku selalu melihat neneknya berdoa. Nenek sangat menyayangi tokoh Aku. Tokoh Aku sempat menumpahkan kekesalannya kepada nenek karena tak dibelikan sepeda oleh ayah dan ibunya. Di dalam kekesalannya terdapat emosi yang mempenaruhi nalurinya dan akal sehatnya hingga tidak bisa menahan emosi. Meluapkan kekesalannya terhadap orang lain. Hal ini tidak boleh menjadi kebiasaan karena menyebabkan seseorang temper tantrum. Amarah sendiri harus dikendalikan di dalam diri sendiri karena menjadi orang temper tantrum sangat sulit mengendalikan emosinya. Neneknya meninggal dunia karena penyakit TBC.

Emosi di dalam psikologi perlu dikelola agar tidak menjadi kebiasaan dan perlu mengekspresikan dengan akal sehat. Menahan emosi atau menekan emosi tidak baik karena suatu saat akan meledak dengan sendirinya. Sikap tentramen dan suasana hati yang dirasakan oleh seseorang dapat disebabkan oleh emosi yang dominan tersebut. Kontrol emosi adalah fase dimana diri sendiri sangat penting untuk tercapainya kestabilan emosi, harus adanya penyesuaian dan kesehatan mental. Emosi dapat membunuh hati karena marah merupakan salah satu penyakit hati yang dapat merusak diri dari dalam secara menyeluruh. Emosi akan mempercepat kematian manusia. Kualitas kesehatan sesorang bisa dipengaruhi oleh amarah dan kekecewaan yang dialaminya. Amarah bisa memicu kematian secara tiba-tiba jika mencapai tingkat tertentu. Apabila suatu pola ekspresi telah dipelajari maka sulit untuk mengendalikan atau menghilangkan jadi semakin belajar maka semakin mudah remaja dalam belajar mengendalikan emosinya. Meningkatkan kontrol emosi juga dapat dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain, maka seseorang semakin mengerti paham mengenai paham mengenai kondisi emosi seseorang. Dapat menerima keadaan dirinya maupun orang lain sesuai dengan objektif. Bahwa orang yang telah matang emosinya dapat menerima dengan baik dirinya dan keadaan orang lain apa adanya.

Dalam kumpulan cerpen Tuhan Bernyanyi yang ditulis Ngurah Persua mulai dari sikap tokoh-tokohnya yang saling menghibur dan memberi bantuan. Sikap soleh sosial tentu juga memiliki padanan dalam konsepsi sosial orang Bali dan keberagaman umat Hindu. Kumpulan cerpen ini sangat menarik untuk dibaca karena alur sangat bagus. Membutuhkan waktu dan perlu membaca dua kali di dalam membaca cerpen untuk memahami maksud dan makna yang tersimpan di dalam kumpulan cerpen karya Ngurah Parsua. Kumpulan cerpen karya Ngurah Parsua selain menghadirkan gambaran psikologi di dalam penggambaran tokoh dan alur ceritanya juga menghadirkan perilaku sehari-hari.


TAGS :

Ni Putu Wulan Diary

Ni Putu Wulan Diary lahir di Denpasar 24 Mei 2003. Menempuh pendidikan di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah. Hobi renang dan bersepeda.

Email: wulandiary325@gmail.com

IG: wln_diary

Komentar