Kematian dalam Kumpulan Cerpen Kado Kematian untuk Pacarmu Karya Wayan Agus Wiratama

  • By Ni Kadek Adiyani Rahmaputri
  • 29 Desember 2022
istimewa

KUMPULAN cerpen Kado Kematian untuk Pacarmu karya Wayan Agus Wiratama mempunyai tema dan jalan cerita yang menarik. Ada 11 judul dalam buku kumpulan cerpen ini. Masing-masing Sebuah Kabar pada Larut Malam, Kuburan Ayah, Kado Kematian untuk Pacarmu, Tulisan Terakhir untuk Ayah, Kupu-kupu Kuning yang Hinggap di Ujung Sabit, Suara Pesan yang Tak Terkirim, Masa Lalu Pembunuh Ibu, Karba dan Perahu Biru yang Meninggalkan Istri, Cinta Terikat di Suatu Tempat Entah di Mana, Kematian Saudara Perempuan, dan Pada Bagian itu, Yo Terbunuh.

Tokoh Aku dalam cerpen Kado Kematian untuk Pacarmu cenderung banyak menggunakan tokoh laki-laki. Para tokoh kebanyakan punya masalah psikologi, mengalami kesedihan mendalam, rasa kehilangan mendalam, menyerah, dan patah hati. 

Seperti alur cerita Kuburan Ayah, tokoh Aku menceritakan kehilangan seorang ayah. Penyebab kematiannya diceritakan karena tokoh ayah tidak mau menjual benda pusaka milik keluarga yaitu topeng patih dan satu keris tua kepada ketua dewan. Karena ancaman dan teror dari ketua dewan, tokoh ayah menjadi menyerah dan akhirnya memberikan benda pusaka itu kepada ketua dewan. Setelah menyerahkan benda pusaka milik keluarga, tokoh ayah mengalami musibah. Hilang entah kemana dan dikabarkan meninggal.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan cerpen di bawah ini.

Tujuh tahun sudah, hingga saat ini kami tak juga pernah bertemu dengan lelaki yang membesarkan kami. Sama halnya dengan topeng dan keris itu, ayah tak pernah kembali. Kabar terakhir, kami dengar ayah telah mati hanyut di Tukad Pakerisan. Ada juga yang mengatakan segala bagian tubuhnya telah dipotong-potong dan dimasukkan dalam mesin pembuat kompos. Kami tak percaya, kami mencari dan bertanya ke mana-mana termasuk ke polisi. Tak ada jawaban. Tak ada hasil. Kami menyerah. Kami dan warga desa akhirnya berunding dengan tetua adat lalu sepakat, sepakat bahwa ayah telah benar-benar tiada. Hingga kini, kami hanya sepakat dengan kata-kata. Kami belum sepenuhnya percaya bahwa ayah telah tiada atau ditiadakan.

Pada cerpen ini tokoh Aku merasa kehilangan mendalam dan frustasi akan keadaan yang terjadi. Jika hal itu terus terjadi maka akan berdampak pada pikiran menjadi kacau, menarik diri, malas beraktifitas, dan gangguan kecemasan.

Cerpen Kado Kematian untuk Pacarmu menceritakan tokoh Aku terbalut api cemburu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan cerpen di bawah ini.

“Sehari sebelum pisau itu mendarat tepat di hatinya, kulihat kau di pelabuhan itu makan sate dengan begitu nikmat. Sangat nikmat. Ketika itu, api di dalam diriku terasa menyala. Tubuhku terasa panas dan apabila kau melihat, mataku merah seperti api yang membakar rumahmu ketika dilenyapkan para pembenci ayahmu.”

Karena terbalut api cemburu itulah ia membunuh pacar mantan kekasihnya (yang merebut kekasihnya) dengan cara memukul kepala bagian belakang, menusuk dengan pisau ke jantung, dan meminum darahnya di sebuah ladang dekat dengan jurang yang ditumbuhi beribu-ribu bunga mekar ketika malam. Karena tokoh Aku takut ada orang curiga, akhirnya tokoh Aku ini mengiris perut dari pusar hingga leher agar leluasa mengambil hatinya. Setelah itu hatinya dipukul memakai batu agar terlihat seperti kotoran busuk. Karena tubuh dari pacar mantan kekasihnya itu tidak terlalu besar, tokoh Aku langsung memisahkan tangan, kaki, dan kepalanya dan menghanyutkannya ke sungai. Setelah tiga bulan kematian pacar mantan kekasihnya, tokoh Aku langsung membunuh mantannya di tempat yang sama.

Dalam cerpen ini menurut pandangan saya, tokoh Aku memiliki gangguan psikis (kontrol impuls) diartikan sebagai kesulitan seseorang untuk menahan diri untuk selalu berbuat agresif. Tokoh Aku ini juga memiliki gangguan mental emosional sehingga dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Cerpen berjudul Pada Bagian Itu, Yo Terbunuh menceritakan Yo (tokoh Aku) ini memiliki rasa marah, kesal, dan kecewa karena tiga teman SD-nya bernama Leh, Ngos, dan Pong. Hal ini berawal dari tamatnya ketiga temannya dari kuliah. Mereka ke kampung lalu menjual keindahan sawah dan menjadikannya keberuntungan bagi mereka bertiga. Mereka bertiga berhasil membujuk para penduduk untuk menjual sawahnya, namun Yo hanya terdiam ketika sawah yang luas itu diubah menjadi perumahan, restoran, villa, hotel, perkantoran bergedung tinggi hingga menyentuh langit. Hingga terdengar kabar bahwa sebuah jalan akan dibangun dan memakan semua sawah. Akhirnya Yo menyusun sebuah strategi untuk melakukan sesuatu. Segala pikiran Yo yang kacau ia paksakan menjadi sebuah ide besar yang akan mengubah dunia dengan cara Yo memanggil anaknya mengajak teman-temannya berkumpul untuk bermain seperti permainan yang ia lakukan seperti dulu.

Keesokan harinya pukul tujuh pagi, Yo dan anak-anak yang lain berkumpul di lapangan sepakbola. Terdapat sekitar sembilan puluh dua orang anak tiba di sana. Yo menjelaskan permainan masa kecilnya. Setiap hari anak-anak bertambah banyak hingga ratusan bahkan ribuan, kegiatan dari anak-anak pun sama seperti sebelumnya hanya saja setiap harinya permainan itu selalu diubah, itulah yang menyebabkan anak-anak tidak cepat bosan dan terus bertambah. Langkah kaki Yo sudah tidak terlihat, waktunya anak-anak menjalankan misinya, beberapa anak masuk ke kantor polisi dan markas tentara. Setiap anak membawa satu senjata seperti senapan laras panjang, bom, dan lain-lain. Semua tentara dan polisi yang menghalangi dibunuh dengan keji hingga tak berdaya. Tak ada yang tahu tujuan anak-anak, kecuali Yo. Polisi, tentara, dan penduduk telah habis, pada saat itu Yo dan anaknya membawa alat berat untuk merobohkan semua bangunan. Semua diratakan dengan tanah. Permainan sesungguhnya telah usai, tetapi setelah itu Yo terkapar di atas puing-puing karena anaknya telah menembak dirinya. Kematian Yo menjadi kemenangan sesungguhnya bagi anak itu.

Dalam cerpen ini menurut pandangan saya, Yo (tokoh Aku) memiliki gangguan eksplosive intermittent, gangguan ini diartikan sebagai kesulitan seseorang menahan diri untuk selalu berbuat agresif serius seperti penyerangan atau merusak properti. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan cerpen di bawah ini.

“Pada saat itu, Yo dan anaknya muncul dengan alat berat. Ia merobohkan semua bangunan bertingkat yang ia temui. Menyemburkan api pada tiang-tiang penyangga kabel yang kusut, kemudian menumbangkannya.”

Kumpulan cerpen Kado Kematian untuk Pacarmu yang ditulis Wayan Agus Wiratama sangat menarik. Untuk memahami maksud dan makna yang ada di kumpulan cerpen tersebut perlu waktu dan proses pembacaan yang berulang. Kumpulan cerpen ini juga menghadirkan problematika dalam kehidupan sehari-hari, selain menggambarkan psikologis di dalam tokohnya.


TAGS :

Ni Kadek Adiyani Rahmaputri

Ni Kadek Adiyani Rahmaputri lahir di Singaraja, 9 Oktober 2002 menempuh pendidikan di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah.

Contac: adiyarahma09@gmail.com

IG: adiyanirahma

Komentar