Bejigar
Rp. 50.000Rp. 65.000
Penulis : DG. Kumarsana
ISBN : 978-623-7606-61-1
Kertas : Bookpaper
Ukuran : 14 x 20 cm
Jumlah Halaman : 107 halaman
Kategori : Fiksi
Pesan BukuSebelum prosa ini terbaca, maka aku memulai tentang percakapan ilmu senggeger (ilmu pelet) pada seorang teman yang bernama Bejigar. Berceritalah dia: Kakek saya adalah dukun ilmu senggeger, beliau meninggal bulan Agustus 1985, Senggegernya terkenal dengan pelet kecial kuning. Suatu ketika paman saya pernah menemukan burung kecial kuning kena perangkap sarang laba-laba di hari Jumat Kliwon. Ditangkap dan diserahkan ke kakek saya, saat itu kakek saya senang luar biasa. Dan itu dibuat pelet. Waktu kecil setiap saya sering di sebelah kakek. Kalau ada orang ke sana mencari, saya sering bantu beliau membuat ramuan untuk senggeger.
Saya pernah bilang ke kakek: “kakek ajarin tyang ilmu pelet, beliau jawab, “Jangan kamu belajar ilmu seperti itu”. Saya hanya tersenyum dan tidak pernah mengungkit-ungkit soal belajar ilmu itu lagi. Karena kakek sudah melarang terlebih dahulu. Mengenai ramuan untuk bahan senggeger itu saya tidak pernah mengerti. Saya tidak tahu jelas, campurannya seperti apa saja, saya sering bantu nenek saya untuk bulet-buletin ramuan, bulatannya sebesar telur cicak (sedikit lebih besar), kemudian dijemur sampai kering. Senggegernya bisa dilepas melalui makanan dan juga katanya bisa melalui hembusan asap rokok.
Jika ada orang yang mencari senggeger waktu itu, mereka biasanya membawa beras dan ayam kecil betina dan besok paginya ekor ayam itu saya potong sedikit dan dilepas bebas berkeliaran di pekarangan kakek yang sangat luas. Kakek pasti akan menanyakan nama yang laki dan juga nama cewek yang akan dipasangi senggeger, tidak jarang kakek sebelumnya menasehati yang laki, jika menurut kakek nama-nama itu tidak cocok untuk jadi pasangan hidupnya, karena biasanya ada yang sifat keras dan lain sebagainya. Beliau bisa mengetahui pasangan bisa cocok dari nama.
Setelah tahu nama cowok dan ceweknya, kakek akan mengambil 3 biji ramuan bulat kecil-kecil, yang biasa saya buat bersama nenek, selanjutnya dimantrai, kemudian dibungkus dengan kulit jagung dan dijelaskan cara menggunakannya. Bisa dimakan saat makan bersama, ataupun lagi sendirian, bisa saat makan rujak bersama. Sekalipun dilepas saat makan bersama banyak orang, hanya cewek yang dituju sesuai namanya ang disebut dalam mantra itu saja yang kena pengaruh senggeger.
Jika menggunakan rokok yang telah dimantrai, biasanya asap dari rokok yang disedot tersebut dihembuskan dengan cara tidak kentara (seolah tidak sengaja) persis ke arah cewek yang dituju - dan saat melepas harus memperhatikan arah angin yang menuju ke cewek tersebut.
Setelah si cewek menikah atau didapat sama lakilaki itu, keduanya harus datang ke rumah kakek untuk dimandikan dengan air kembang guna menghilangkan pengaruh senggeger tersebut, biasanya dimandikan di halaman rumah kakek pada malam hari. Bagaimana jika ilmu senggeger yang dipelajari Bejigar salah sasaran, atau salah dipergunakan? Mari kita buka dalam lembaran berikutnya, sesuai pengalaman Bejigar dalam bentuk prosa liris ini.
ISBN | 978-623-7606-61-1 |
Penulis | DG. Kumarsana |
Penerbit | Pustaka Ekspresi |
Genre | Prosa Liris |
Kertas | Bookpaper |
Ukuran | 14 x 20 cm |
Jumlah Halaman | 107 halaman |
Tahun Terbit | 2021 |
Versi Ebook | Tidak Ada |