Pengaruh Bilingualisme Terhadap Perkembangan Bahasa Anak

  • By I Wayan Agus Sukmadana
  • 08 Januari 2024
internet

Fenomena penggunaan lebih dari satu atau dua bahasa dalam berkomunikasi masih hangat untuk diperbincangkan. Kini, Indonesia telah memasuki industri 5.0 yang menandakan bahwa perkembangan teknologi semakin pesat sehingga mengharuskan masyarakat untuk bisa beradaptasi agar tetap bertahan hidup. Perkembangan teknologi ini tentu saja berdampak besar juga bagi perkembangan bahasa di Indonesia. Berbagai budaya telah masuk dan secara tidak langsung memengaruhi perkembangan bahasa masyarakat Indonesia.

Perkembangan bahasa tersebut juga dialami oleh anak-anak. Pemberian bahasa kedua seperti bahasa Inggris, Korea, Arab, dan lain sebagainya juga merupakan fenomena yang tidak asing lagi. Fenomena tersebut dikenal dengan multilingualisme. Pemerolehan bahasa pada anak tentu saja terjadi di dalam keluarga. Sebagai tempat pertama yang dijumpai anak, keluarga harusnya fokus dan turut andil dalam penciptaan bahasa anak. Bahasa inilah yang nantinya akan dikuasai oleh anak ketika berinteraksi dengan lingkungannya, yang disebut sebagai bahasa ibu yaitu bahasa daerah anak. Sedangkan bahasa Indonesia umumnya merupakan bahasa kedua bagi anak Indonesia.

Kemampuan berbahasa asing sesungguhnya juga menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat selain bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Sebab, bangsa kita mengalami globalisasi dan memerlukan kemampuan berbahasa asing agar dapat bersaing dengan dunia. Kemampuan berbahasa asing terutama berbahasa Inggris, dijadikan prasyarat kesuksesan seseorang di masa depan. Asumsi ini membuat berbagai institusi pendidikan menyediakan pendidikan bahasa asing bagi perkembangan bahasa anak, termasuk menyediakan program bilingualisme atau multilingualisme.

Sekolah-sekolah yang menyediakan program bilingual berarti menggunakan dua bahasa di dalam kegiatan belajar mengajar. Ada pelajaran yang diajarkan menggunakan bahasa Inggris dan ada pula yang dengan bahasa Indonesia. Penerapan konsep bilingual ini membuat pihak sekolah dan orang tua berharap anak akan lebih mahir dan menguasai bahasa Inggris.

Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Secara harfiah, bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam berkomunikasi. Secara sosiolinguistik, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Tentunya, seorang yang menggunakan dua bahasa dalam bertutur harus menguasai kedua bahasa yang digunakannya. Orang yang dapat menggunakan dua bahasa disebut bilingual atau dwibahasawan. Artinya, seseorang memiliki dua bahasa yang digunakan sehari-hari, yaitu bahasa daerahnya sebagai bahasa pertama dan bahasa lain yang dikuasai menjadi bahasa keduanya.

Di Indonesia, hampir tidak ditemukan masyarakat yang hanya menguasai satu bahasa tertentu (monolingual). Mayoritas penduduk di Indonesia telah menguasai dan menggunakan lebih dari satu bahkan lebih dari dua bahasa (multilingual). Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara berkembang yang menjalin akses dengan negara-negara lainnya serta mendapat pengaruh globalisasi yang berdampak pada masuknya budaya asing ke Indonesia. Itulah mengapa, masyarakat Indonesia memiliki kemampuan untuk menggunakan dua atau lebih bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari.

Fenomena bilingualisme ini memang masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pesatnya pengaruh globalisasi berdampak besar pada seluruh aspek kehidupan masyarakat, salah satunya perkembangan bahasa. Masuknya berbagai budaya dari luar negara menyebabkan terpengaruhnya masyarakat untuk mempelajari atau bahkan mendalami budaya luar tersebut. Mirisnya, masyarakat Indonesia mulai meninggalkan budaya sendiri dan lebih memilih untuk mendalami budaya luar.

Hal-hal tersebut tentu saja didasari dengan gengsi dan harga diri sebab faktanya di lapangan, seseorang yang menguasai bahasa asing akan dianggap lebih cerdas dibandingkan dengan seseorang yang hanya menguasai bahasa daerah. Stereotif masyarakat itu sesungguhnya ada benar dan ada salahnya.

Dapat dikatakan benar, seseorang yang lebih menguasai bahasa asing akan lebih cepat bergaul dengan masyarakat luar dan tentu saja ada banyak peluang pekerjaan yang bisa diambil. Dilihat dari negara Indonesia yang merupakan negara berkembang, tentu saja negara ini berhubungan dengan negara-negara lainnya yang menggunakan bahasa-bahasa asing selain bahasa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan mempelajari bahasa asing agar bisa menghadapi permasalahan dunia.

Namun, di samping itu, pernyataan bahwa seseorang dianggap lebih cerdas ketika mampu berbahasa asing masih bisa dikatakan keliru. Sebab, sebagai warga negara Indonesia yang memiliki beragam kebudayaan dari Sabang sampai Merauke. Tentu saja kita harus mampu pula menguasai bahasa daerah dan bahasa nasional demi menjunjung tinggi rasa bangga terhadap bangsa Indonesia. Belum tentu seseorang yang tidak bisa menggunakan bahasa asing adalah orang yang tidak mampu bersaing dengan dunia luar.

Dengan demikian, mempelajari bahasa asing itu memang diperlukan untuk keperluan kehidupan di abad 21 ini. Tetapi, bukan berarti kita harus meninggalkan bahasa asli kita dan membiarkan bahasa tersebut tergeser dan mengalami kepunahan.

Pengaruh bilingualisme ini paling menonjol pada perkembangan bahasa anak, salah satunya adalah anak bilingual cenderung mengalami bingung bahasa bahkan speech delay. Memperkenalkan dua bahasa sekaligus sepada anak akan berdampak pada perkembangan bahasa mereka. Anak-anak cenderung meniru apa yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tua atau orang di sekitarnya. Ketika mereka mulai mengenal dua bahasa maka dalam berkomunikasi mereka juga akan menggunakan bahasa-bahasa yang didengarnya.

Namun, mereka tidak mengetahui kaidah-kaidah dan bagaimana cara yang tepat dan sesuai dalam menggunakan bahasa-bahasa tersebut. Sehingga kebanyakan anak-anak di Indonesia ketika berkomunikasi menggunakan bahasa campur antara bahasa Indonesia dan bahasa asing atau bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

Percampuran dua bahasa tersebut dinamakan campur kode. Bukan berarti menggunakan dua bahasa sekaligus dalam berkomunikasi itu salah tetapi diperlukan memahami kaidah penggunaannya agar sesuai dengan kedudukan dan fungsi bahasa tersebut. Anak-anak yang mengalami bilingualisme tentunya akan kebingungan dalam memilih bahasa saat berkomunikasi sebab mereka langsung mempelajari dua bahasa atau lebih dan menyebabkan terjadinya campur kode.

Di Indonesia, banyak sekolah sudah menerapkan program bilingual yang tentunya mengharapkan anak-anak didiknya mampu berbahasa asing dengan baik. Hal ini juga menjadi pengaruh terhadap perkembangan bahasa anak karena ketika di sekolah anak-anak akan menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi tetapi ketika kembali ke rumah, mereka menggunakan bahasa Indonesia. Pergantian penggunaan bahasa ini akan memengaruhi perkembangan kognitif anak karena mereka akan menggunakan bahasa-bahasa tersebut hanya semata agar pendengar memahami apa yang mereka katakan bukan karena mereka menguasai apa yang mereka bicarakan.

Di samping itu, ada banyak kelebihan apabila anak mempelajari lebih dari satu bahasa, antara lain; (1) anak akan banyak mengerti struktur dari dua bahasa atau lebih, (2) anak akan lebih waspada dalam menetapkan pengertian yang dapat berubah dalam kedua bahasa tersebut, (3) anak akan lebih peka dalam beberapa aspek pragmatis dari dua bahasa tersebut, (4) cenderung lebih fleksibel dan kreatif, (5) memperlihatkan orientasi analisis yang lebih baik daripada anak yang monolingual.

Akan banyak pro dan kontra ketika mengajari anak untuk menguasai bahasa asing selain bahasa Indonesia. Sebagai orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia, tentunya harus memiliki kesadaran bahwa bahasa adalah identitas bangsa. Melalui bahasa, seseorang dapat dikatakan sebagai intelektual. Namun, melalui bahasa pula seseorang mendapatkan bala.

Tidak ada salahnya ketika seseorang mempelajari lebih dari satu bahasa. Tetapi, alangkah baiknya kita sebagai warga negara Indonesia menjunjung tinggi rasa persatuan dan cinta tanah air dengan melestarikan bahasa daerah, mempelajari bahasa Indonesia, dan menguasai bahasa asing.

 


TAGS :

I Wayan Agus Sukmadana

I Wayan Agus Sukmadana lahir di Denpasar, 31 Agustus 2000. Saat ini menempuh pendidikan di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI BALI).

Komentar