Ngupin Langit

  • By I Made Sugianto
  • 05 Oktober 2022

Antologi puisi Ngupin Langit (Meniup Langit) karya I Gde Nala Antara hadir dengan 104 puisi. Sebagian besar puisi pendek-pendek, antara 1-3 bait seperti syair, termuat dalam setengah halaman. Setiap halaman puisi disertai ilustrasi foto yang sesuai, diambil dari internet, termasuk foto penyairnya (p.41). Kelebihan utama antologi ini adalah puisi-puisinya rata menonjolkan irama, seperti tampak dakam bentuk syair dan puisi bebas yang bunyi akhir sama, seperti puisi “Tulus” yang terdiri dari satu bait delapan baris yang bunyi akhirnya -us (belus, lukus, dudus.. dan seterusnya) dan puisi “Cicing Jaruh” (Anjing Libido) yang terdiri dari 25 baris dan bunyi akhirnya sama -uh. Selain irama akhir, estetika bunyi juga terasa lewat pemakaian kata ulang berubah bunyi seperti ‘galah gilih tan pasapa/ jinar jenar nyuti rupa’ (tongkat pilih tanpa sapa/ kuning merah ganti rupa). Ungkapan ini bisa dibaca dalam puisi “Yuan” (mata uang China) yang ditulis penyairnya sebagai catatan perjalanan ke negeri Tirai Bambu. Dalam antologi ini, terdapat beberapa puisi simbol luar negeri seperti Angkor Wat (Kamboja) dan Paris tanda tempat yang pernah dikunjungi penyairnya. Sajak “Ngupin Langit” yang menjadi judul antologi ini mengungkapkan tradisi Bali mengusir hujan dengan mantra. Nilai Bali cukup kental dalam puisi ini dan lainnya, hanya saja tidak merata karena dalam beberapa karya puisi tampil seakan sebatas permainan bunyi.

Disusun oleh I Nyoman Darma Putra


TAGS :

I Made Sugianto

I Made Sugianto lahir di Banjar Lodalang, 19 April 1979 bertepatan Wraspati Wage Dungulan (Sugian Jawa). Kini istirahat sejenak dari pekerjaan sebagai wartawan NusaBali untuk mengbadi sebagai Kepala Desa di tanah kelahirannya, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan.

Komentar