Saraswati: Memuliakan Ilmu Pengetahuan

  • By IBW Widiasa Keniten
  • 26 Maret 2022
PKYI

Saniscara Umanis Watugunung sebagai hari Saraswati. Pemujaan manisfestasi Tuhan dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada umatnya. Saraswati yang dimaknai sebagai aliran ilmu pengetahuan tentu akan terus mengalir sepanjang waktu. Untuk itu, diperlukanlah kesadaran agar bisa menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan hingga bermakna bagi kemaslatan umat.

Jika dicermati, dalam saptawara (Redite, Soma, Anggara, Budha, Wrehaspati, Sukra, Saniscara), Saniscara sebagai hari terakhir dalam satu minggu dan Umanis sebagai pancawara awal (Umanis, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Sebuah pertemuan akhir dan awal. Orang-orang tua dulu mengatakan nemu gelang hingga menjadi sebuah Windu. Inilah pertemuan awal dan akhir yang terus berputar. Ilmu pengetahuan itu terus berputar mencerahkan hati umat-Nya. Betapa mulianya pemikiran tetua dulu memikirkan tentang betapa pentingnya ilmu pengetahuan itu yang terus berputar dan terus digali hingga bercahaya, menerangi diri dan menerangi sesama.

Memuliakan ilmu pengetahuan perlu terus ditanamkan hingga memberikan sinar pencerahan. Memuja Saraswati tentulah tidak hanya pada Saniscara Umanis, Watugunung saja. Saraswati hendaknya dipuja sepanjang hari karena ilmu pengethuan itu berjalan amat cepat dan terus mengalami perkembangan sepanjang waktu. Maka, ganitri sebagai simboliknya terus berputar, memberikan kelembutan dengan rebab, memberikan kebijaksanaan dengan angsa, memuat beragam ilmu pengetahuan dengan kropaknya. Sebuah penggambaran yang penuh makna dan spiritualitas tinggi. 

Keindahan dan kecantikan Dewi Saraswati akan bisa dirasakan jika ilmu pengetahuan itu benar-benar dihayati dan diamalkan secara tulus (nekeng twas). Betapa tidak bijaknya jika ilmu pengetahuan itu digunakan untuk tindakan-tindakan yang kurang konstruktif.

Tetua Bali benar-benar mulia, setelah memuja Sakti Dewa Brahma, Redite (Minggu), Pahing dilanjutkan dengan Banyu Pangeweruh (air suci ilmu pengetahuan). Secara umum akan melakukan penyucian diri ke laut, ke sumber mata air, dan selanjutnya mandi dengan Kumkuman (air yang berbau harum) dan  sembahnyang ke tempat suci (mrajan atau pura), natab banten Saraswati disertai dengan minum loloh (jamu), makan nasi kuning yang telah dipersembahkan. Ada kebahagian karena masih bisa memuja Saraswati.

Rangkaian Saraswati memang unik, Soma Pon, Sinta (Senin pon) umat akan menyambutnya dengan Soma Ribek pemujaan kepada Dewi Sri (Ilmu Pengetahuan memberikan kemurahan, kemakmuran pada jalan kehidupan) dan Anggara Wage Sinta (Selasa Wage), akan berlangsung Sabuh Emas (hingga bercahaya bagaikan emas bagi kehidupan).

Ilmu pengetahuan akan benar-benar memberikan kecemerlangan pikiran bagi pemiliknya dan diharapkan bisa menularkan kecermerlangan itu pada sesama, bukan sebaliknya. Bhuda  Kliwon Sinta pemujaan Paramesthi Guru. Tuhan dalam wujudnya sebagai Mahaguru, Siwaguru. Sebuah jalinan tali ilmu pengetahuan terus berputar sepanjang waktu.


TAGS :

IBW Widiasa Keniten

Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten lahir di Giriya Gelumpang, Karangasem. 20 Januari 1967. Lulus Cum Laude di Prodi Linguistik, S-2 Unud 2012. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media massa berupa esai, karya sastra maupun kajian bahasa dan sastra baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Bali. Cerpen-cerpennya pernah memenangkan lomba tingkat Nasional maupun provinsi.

Komentar