Puisi-puisi Gampang Prawoto

  • By Gampang Prawoto
  • 04 Februari 2020
Ilustrasi: Pixabay

Dua Puluh

 

dua ribu

sembilan belas

ranjang ranjang sering ditinggalkan penghuninya

lembur, luar kota, alasan tertinggi

pada ulasan kaleidoskop akhir tahun

ranjang ranjang dibiarkan kosong

tak boleh ditiduri lain orang.

 

dua ribu

dua puluh

ranjang ranjang jarang ditinggalkan pemiliknya

sering basah, "anak ngompol" katanya

sambil keringkan rambut dengan handuk kumalnya

celoteh mbok Ijah, lija keliling kampung

saat membuka buku kecil

catatan hariannya.

 

Sastrowidjojo,25122019

 

 

Seperti Hujan

 

doa

turun merupa hujan

katak katak sesahutan

kabarkan pada kawan labuh datang

lembut kemerduan saling beradu kecantikan

tengah malam katak katak saling mengalah

untuk sebuah kemenangan

musim kawin datang.

 

berpasang pasang

saling merayu, mesra bercumbu

telanjang tanpa mengenal malu dan tabu

kasih sayang terbentang merengkuh alam

wujud cinta kasih sesungguhnya.

 

Sastrowidjojo,25122019

 

 

Kembang Api

 

Sant

dari sudut matamu

sayu sumilir angin rindu

belaian kasih sayang cinta

bunga bunga bermekaran di dinding maya

jajakan indah renda warna beraroma mesra

manjakan mata mata telanjang lelaki belang.

 

Sant

lelaki sering bersamamu

dibandingkan besama istrinya

saat bayang manismu teraduk kental

wangi parfum terurai asap panas kopi kopi

tabur tebar aroma.

 

Sant

lirikmu genit

tersisip pada setiap pandang

bersenyum nakal, tingkah tingkah binal

walau terkadang dari bibirmu tebal berlipstik

terbentang kisah para nabi dan lukisan surga lewat kata kata.

 

Sant

rintik hujan

yang mengganti tahun

ingatku kembali pada lembar lembar kisah

benang asmara terlarang diantara kita

sekeras petasan, seterang kembang api

warna warni indah menghias cakrawala.

 

Sastrowidjojo,01012020

 

 

Kelamin

 

jalan sesak

namun tak sesesak dadamu

bebukit gunung indah menjulang

bertapih hijau daun belantara hutan

mungil mulut gua luas fantasi cakrawala

susuri kedalaman lorong tak berujung

kali purba liar rerumputan

telanjang basah bila gerimis tiba

mengalir menuruni lembah ngarai

berkelok meraba muara

asin asih dan tawar tawa hasrat

memadu dalam payau nafsu

gulung guling ombah menindih bekejaran

lunglai kusut berselimut lembut pasir pasir

putih buih terdampar kering di bibir

bibir pantai.

 

Sastrowidjojo,04012020

 

 

Puisimu

 

puisi puisimu berserakan

hilir mudik menyerupa kendaraan

bising bersuara, tebal barasap timbal

bak reklame terpampang di tepian jalan

elok warna warna pandang memindah mata

sepadat kata merajut makna

jerat membekas menghias rasa.

 

puisi puisimu sungguh sakral

menyerupai tempat tempat peribadatan

berdinding marmer bermanik ukiran intan

kokoh indah bertaburan ganda wewangian

kidung kidung indah irama mistis religis

suluk puja agung kebesaran berkumandang

sembah pasrah pengampunan berserah

permohonan permohonan syarat makna

ning nong ning gung

tersurat tersirat kaki kaki puisi

menginjak bumi.

 

puisi puisimu

sungguh kehidupan

kadang menyerupai kayu, menjilma angin

menjadi api, air dan kembali ke tanah tanah

puisimu sesungguhnya dirimu

sendiri.

 

Sastrowidjojo,07012020

 

 

 

Cawan Kota

 

melingkar

memutari cawan

teguk tegukan berarti kemabukan

mungkin "jethak" dan "centhak" sudah kau sinonimkan

bila hujan turun siapkan perahu perahu karet

karena ikan ikan segera berenang ke daratan

andaikan minyak tumpah sekitaran alun alun

usap celana dengan tisu basah kekuasaan

kalau air bengawan tumpah sepanjang bantaran

usap dasi dan pecimu dengan dalih musibah bencana alam

bila minyak kau campurkan air bengawan

akan menjadikanya oplosan

botol botol kemabukan

tuangkan harapan

kita

teler sama sama

di temaram malam lampu kota.

 

Sastrowidjojo,08012020

 

 

Penjara Cinta

 

indah gunung

bentang terlentang

lepas batas mata berpandang

kedalaman jarak mendekap jurang

bebunga cemburu serupa batu batu

sedangkan cinta biji biji emas

terkandung didalamnya

hanya lumut musim penghujan

sentuh lekat tubuh tubuh tumbuh rasa.

 

basah hujan

awan bermula, haus langit pada tetes air

dari uap uap rindu merintik gerimis

basah sawah singkal membolak balik tanah

winih winih akar cengkeram bumi

kodhok ngorek gembalakan waku

sela celah untuk bermain cinta.

 

penyair

diam saja

sesekali mendongak

terkadang senyum sendiri

asik mencumbui diksi bertubuh wangi

memperkosa kata kata

pagi tersiar di media

sore puisi memborgolnya

mendekam di penjara

cinta.

 

Sastrowidjojo,09012020

 

 

 

Bertahta Penggembala

 

tubuh itu berguling di tanah

rumputan basah melekat lusuh

tubuh tubuh sempurna tanpa cela

tali pengikat telah mekar

berpendaran

sejak bawah sadar memasuki alam sunyi

sebelum pertemuan dihitung dengan waktu

berjuta itu angka sedagkan nol juga berbilang

bunga bunga wangi menyambangi bumi

kala mengingat sagkan paran tergaris pasti

harum kemenyan menyapa jagad lewat lembut udara

keseimbangan berputar menyerupai cakra

timur selatan barat utara saling menjaga

pancer tegak bertahta penggembala.

 

Sastrowidjojo,13012020


TAGS :

Gampang Prawoto

Menulis dalam bahasa Jawa dan Indonesia dan sering menggunakan nama samaran Sastrowidjojo. Pria kelahiran 23 Oktober 1971 di Bojonegoro ini pernah kuliah jurusan Bahasa dan Sastra Universitas Adi Buana Surabaya dan  UMM Universitas Muhammadiyah Malang. Sehari-hari aktif mengajar di SDN Pejambon Sumberrejo Bojonegoro. Carik di Sanggar Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB), anggota Kostela Lamongan, Among di “Sanggar  Sastrowidjojo" dan ketua LKD “Lembaga Kebudayaan Desa Pejambon”. Antologi tunggalnya mendapat penghargaan Balai Bahasa Jawa Timur 2014 selain Puser Bumi (2013) yang pernah terbit adalah Babat Windu (1997) dan Suluk Berahi (2017).

Puisi dan geguritannya tersebar di sejumlah media, seperti Majalah Sastra Indhupati, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Damar Jati, Pujangga Anom, Radar Bojonegoro, Jurnal Tempe Bosok Solo, Tabloit Serapo, Majalah Panji, dan media cetak  lainya.

Komentar