Puisi-puisi Irno Januario

  • By Irno Januario
  • 08 Januari 2020
Foto: No. Jr

Di Bahu Jalan

 

Aku terdampar di bahu jalan

Setelah letih membersihkan hati

Dari bau busuk kubangan rindu

Yang tergenang oleh jejak kakimu

 

Aku terdampar di bahu jalan

Mencari jalan pulang sambil membayangkan

Mama tersenyum bahagia

dan adik perempuan selesai kuliah

 

Amboi! Pelancong yang malang

Mesti punya rindu untuk bertumbuh

Punya mimpi untuk digapai

Dan punya sakit untuk ditakuti

 

Lalu tak perlu ada yang dipertanyakan

Mengapa bapak tidak punya jampi jampi

Mengapa mama mau menikah dengan bapak

Dan mengapa aku tak pernah memukan jawaban di dalam hatimu.

 

Legian, 02/03/2019

 

 

Pesan Kepada Mantan

 

Tak akan kubiarkan bayang bayang terbang

Ketika angin menerbangkan bau tengik kaus kaki

Sementara kita sibuk saling mencintai

Seperti cinta sepasang kaki kepada sepatu

 

Walau kita selalu tabah di hadapan kata pulang

Melihat masa lalu seperti buah pohon randu

: buru buru hijau, hitam lebam, coklat, lalu telanjang, putih dan lemah.

Penyesalan adalah angan yang letih diterbangkan angin

membentuk titik paling rahasia

Lalu menjelma jadi mantra

Menimbang dengan bimbang

Sebelum bayang dibiarkan terbang

 

Kuta, 1,07,19

 

 

Pulang

 

Aku bertanya pada diriku

apa yang dapat kau kenang

saat mendengar kata pulang?

Dia mengenang:

anjing menggonggong dari gunung

saat ayam hutan menginjak jerat

dan bapak sibuk menari di atas tumpukan kecil jerami padi

 

lalu kataku:

kau sedang tidak mengenang apa apa

anjing itu sudah lama mati

ayam hutan telah musnah

dan sudah sangat lama

mesin rontok menjejak petak

 

kini, yang tertinggal hanyalah doa

yang mengepul dari dalam jerami

saat ibu menerima dengan tabah

bahwa aroma ranum padi di sawah

adalah derita para lansia

 

Canggu, 03/04/19

 

 

Rindu dan Segala Kenang

 

Yang kau kenang adalah

Angin yang bersinggungan dengan daun daun

kabut putih yang bermain di atas ubun ubun kepala mama

Dan embun yang menggantung pada bilur bilur padi yang merunduk

Tepat saat kau belum terjaga

 

Yang kau rindu adalah

Senja yang jatuh di depan mata

Lalu doa dibenamkan ke dalam lautan

Dan desir ombak yang melemah itu

Adalah harapan yang ditanam sebelum waktunya

 

Di hadapan rindu dan kenangan

Kau bagai seekor anjing kecil

Yang berlari tiada letih lalu berhenti sambil menjulurkan lidahnya

Lalu pada saat tertentu kau pun tahu

Kenangan adalah milik kepunyaanmu

Jauh sebelum kau merindukan

Apa yang tidak pernah kau harapkan

 

Kuta, 12/06/19

 

 

Yang Tidak Kau Dengar

 

Sejak kapan engkau mendengar cerita

Burung pipit yang mencintai ramum padi 

diam diam mengitari dunia mimpi para petani

: kami akan membuat bagimu, lumbung padi yang kokoh dengan isi perut kami sendiri?

 

Sejak kapan engkau mendengar cerita

seekor laron hidup selamanya

setelah bias cahaya lampu jalan

membukakan pintu kema, mereka berpesta, bermandikan cahaya, hingga melayang sambil

telanjang?

 

Sejak kapan engkau mendengar cerita

Kita hidup sambil membenci apa yang kita miliki

:memang buruk rupa aku ini, tapi cantik, wahai tulang rusukku, moleklah pipihmu di tengah kuda

kuda betina dan belas kasihmu di tengah para pengguna kereta kuda.

 

Jika engkau benar benar tahu, kekasihku

janganlah engkau perhatikan bahwa aku hitam.

sebab aku putra sulung dari ibu kandungku

anak lanang, warisan keringat ayah kandungku

sudah menjadi takdir hidupku, bahwa sebelum musim panen tibah kau bahagia, terik

matahari telah membakar kulit tubuhku.

 

Jika engkau benar benar tahu, kekasihku

makota telah dikenakan padamu,

jauh sebelum hari kesukaran hatimu,

saat kau berlari ke gunung dan yang kau kasihi telah pergi meninggalkanmu.

Oh, seperti dua anak yatim piatu, kita berdua.

Yang bungsu sibuk mengingat masa lalu 

sedang yang sulung berjuang menelusuri celah batu, sesuatu tersembunyi di sana

apa yang kita butuhkan tetapi sesungguhnya tidak kau inginkan!

 

Legian 06/06/19

 

 

Perempuan Itu Maria

 

Seperti doa-doa orang kaya

adalah kau kekayaan yang paling dimimpikan

dan kemiskinan yang paling ditakuti setiap hari.

:... O, seandainya engkau saudaraku Perempuan,

yang menyusu pada buah dada ibuku,

akan kucium engkau bila kujumpai di luar,

karena tak ada orang yang akan menghina aku!”

 

Sebab dari ranum bibirmu,

mantra mantra purba berseteru dengan angin,

sebelum segalanya hilang dan anak perawan mati sia-sia

kulantunkan doa yang mengepul menyerupai awan hitam

lalu menenggelamkan mimpi para pengantin

;...Akan kubimbing engkau dan kubawa ke rumah ibuku,

supaya engkau mengajar aku.

Akan kuberi kepadamu anggur yang harum untuk diminum, air buah delimaku...

 

dan suatu waktu, kau kupanggil maria

dan aku adalah yosef si tukang kayu itu;

yang menggali lubang kuburnya sendiri

sebelum cinta membuatnya beku menjadi batu-diam dan begini melulu

;....Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku...;

 

Kuta, 17/06/19


TAGS :

Irno Januario

Lahir di Lete Manggarai Timur, pada 01 Januari 1993. Lulusan Filsafat Universitas Widya Mandira Kupangini, mulai belajar menulis sejak mengenyam bangku kuliah. Beberapa karyanya seperti opini, esai, cerpen dan puisi telah diterbitkan di berbagai media masa lokal dan media online. Sekarang ia menetap di Bali dan bergiat dalam komunitas sastra Jatijagat Kampung Puisi.

Komentar