15 Tanka Dadang Prayogi

  • By Dadang Prayogi
  • 29 Desember 2019
Foto: Ketut Sugiartha

1

kicauan burung

embun di rimbun daun

jalan setapak

kehidupan berjalan

sampai ujung usia

 

2

langit lembayung

camar di tebing karang

melempar sauh

dermaga tinggal sepi

selepas engkau pergi

 

3

masih tercium

aroma uap tanah

hamparan jamur

bagai cerahnya hari

setelah hujan turun

 

4

syal rajut tebal

hadiah untuk emak

natal terakhir

kasihnya takkan hilang

tak lekang oleh waktu

 

5

musim kemarau

pada reranting kering

burung bertengger

menafakuri hidup

meretas jalan pulang

 

6

jelas terlihat

di atap rumah tua

bulan purnama

terangi langkah diri

menuju jalan pulang

 

7

tepian sawah

randu alas bertunas

petani riang

menguar bau tanah

harapan di tanamnya

 

8

sunda wiwitan

ngertakeun bumi lamba

sucikan gunung

tempat kita berpulang

tinggal di bumi ageung

#ngertakeun bumi lamba adalah tradisi yang dianut sunda wiwitan untuk mensucikan gunung sebagai wujud terima kasih dan cinta manusia kepada alam.

 

9

di bawah lampu

nyata coretan tangan

di kertas putih

hidup akan berarti

bila tinggalkan karya

 

10

angin menderu

melintas bayang kecil

seekor katak

sayup-sayup terdengar

musim telah berganti

 

11

di langit senja

melintas burung-burung

pulang ke sarang

mengingatkan diriku

pada kampung halaman

 

12

mata terpejam

malam menyimpan hening

laku tawajuh

menepati syariat

kebenaran hakiki

 

13

terik mentari

teratai masih mekar

di kolam kering

kehidupan berjalan

dalam belai kasihNya

 

14

obor menyala

malam berhias bintang

satu Muharam

saatnya pergi hijrah

indah jalan hasanah

 

15

tepian kolam

qigong di waktu pagi

seekor bangau

indahnya kesabaran

akan menuai hasil


TAGS :

Dadang Prayogi

Dadang Suprayogi lahir di Parigi, Pangandaran Jawa Barat, 17 Mei 1980. Sejumlah karyanya berupa puisi dimuat di beberapa media massa tanah air dan dibukukan dalam antologi puisi. Menyukai bidang baca-tulis puisi sejak kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Nusantara Bandung (tidak tamat). Pernah bergiat sastra di Cafe Sastra Uninus dan ASAS UPI Bandung. Beberapa karya tulisannya berupa Puisi pernah dimuat di beberapa koran dan majalah seperti Galamedia, Radar Bogor, Tabloid Ganesha, Sabili, Majalah Sunda Mangle, Sunda Midang, karyanya tergabung dalam Antologi Puisi Simfoni Nusantara (Yayasan Jendela Seni Bandung, 2002), Antologi Puisi Darah di Bumi Syuhada (FAM Publishing, 2013). musim ke-5 1000 haiku Indonesia (Newhaiku), Antologi.Syiar Syair Haiku Hasanah (Haikuku Indonesia). Buku puisinya antara lain Gentra Sagara (2017), Puisi Cinta untuk Semeru (2014) dan Anak Setan, 2019 (kumpulan cerpen). Selain itu penulis aktif bertanka dan berhaiku juga di medis sosial baik dalam negeri maupun luar negeri. Sekarang berdomisili di Pangandaran, Jawa Barat.

Komentar